Indonesia Pengguna AI Nomor Satu, tapi Terkendala di Eksekusi
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi tren di kalangan industri. Terlebih, saat ini AI telah dikombinasikan dengan deep learning, yang diklaim mampu meniru cara kerja otak manusia.
Bahkan, kecerdasan buatan sudah diaplikasikan untuk kegiatan sehari-hari yang dikolaborasi dengan mesin pencarian Google atau asisten digital Siri. Tidak hanya itu, AI juga dimanfaatkan untuk tujuan bisnis seperti untuk meningkatkan layanan pelanggan, mendeteksi fraud, dan keamanan siber.
Direktur Computrade Technology International Group, Rachmat Gunawan, mengatakan AI akan menjadi satu teknologi yang berkembang pesat. Ke depan, penerapannya semakin luas karena teknologi tersebut bermanfaat bagi semua jenis industri.
"Kita jadi adopter (pengguna) AI nomor satu di Asia Tenggara. Konsep ini sudah digaungkan sejak tahun 1950-an oleh ilmuwan Alan Turing. Saat ini juga sudah ada teknologi dukungan AI seperti cloud computing dan algoritma," kata dia di Jakarta, Kamis, 21 Februari 2019.
Berdasarkan riset International Data Corporation atau IDC, Indonesia merupakan negara tertinggi pertama yang menerapkan AI dengan persentase 24,6 persen di Asia Tenggara. Kemudian, disusul Thailand dan Singapura. Meski begitu, Rachmat mengingatkan ada beberapa kendala dalam proses penerapan AI.
"Bagaimana mendefinisikan use-case di perusahaan dan keterbatasan sumber daya manusia serta infrastruktur. Itu beberapa kendalanya," jelas dia. Untuk itu, Rachmat menggelar seminar dan pameran infrastruktur TI atau CTI IT Infrastructure Summit 2019 di Jakarta, Indonesia pada 13 Maret mendatang.
Dengan begitu akan membantu para pelaku bisnis untuk memiliki wawasan dan pemahaman terkait tools AI. "Akan banyak ahli yang datang untuk membahas semua aspek AI, baik dari sisi positif maupun negatif," tutur Rachmat. (ann)