Aplikasi Video Streaming Seperti Netflix Dongkrak Film Indonesia
- VIVA.co.id/Maria Margaretha
VIVA – Aplikasi video streaming seperti Netflix dan Hooq mulai dilirik sineas Indonesia. Tahun ini diperkirakan ada lebih banyak lagi film yang tayang di dalam platform tersebut.
Sutradara Muhammad Stamboel menyebut, dari sisi investasi, bahkan bisa balik modal terlebih dahulu meskipun filmnya belum tayang.
"Iya. Tahun ini 2019 kebanyakan filmmaker di Indonesia sudah mulai approach. Karena, investasinya lumayan aman," kata dia, dalam acara Media Gathering DreadOut di Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019.
Pria yang biasa disapa Kimo Stamboel ini menuturkan pembuat film bisa bekerja sama dengan platform untuk penayangan sebelum film dirilis perdana atau premier.
Hal ini juga membuat nilai atau value film jauh lebih tinggi dibandingkan jika baru kerja sama setelah premier.
Sutradara film DreadOut itu menjelaskan jika filmnya dalam performa buruk. Tapi, setelah menggandeng aplikasi video streaming, maka nilai dari film tersebut terdongkrak.
"Di gue yang (film) Headshot, kita pre-deal dulu sama Netflix. Padahal, filmnya kita belum syuting. Mereka baru lihat foto saja," ujarnya.
Ia menuturkan bahwa platform seperti Netflix dan Hooq sedang berkembang di Indonesia. Bahkan, beberapa di antara mereka menggandeng operator telekomunikasi sebagai mitra.
"Jadinya, ya, menghasilkan kerja sama yang lumayan bagus," tutur dia. Kimo menjelaskan setiap platform memiliki jangkauan wilayahnya masing-masing. Ada di Indonesia, Asia Tenggara, maupun Eropa.
Ia mencontohkan Headshot yang tampil untuk skala dunia, kecuali di Indonesia lantaran ada di platform Netflix. Dengan menggunakan platform streaming, Kimo mengaku lebih mudah mendistribusikan sebuah film.
"Menurut gue secara distribusi yang paling terbaik adalah kita jual ke satu OTT dan dijualnya worldwide. Ya sudah, kita enggak usah mikirin lagi," ujar Kimo. (ann)