Polisi Uji Deteksi Wajah untuk Bekuk Penjahat, Rakyat Bisa Menderita
- Instagram/@french_barbu
VIVA – Polisi Inggris siap menguji coba teknologi pengenalan wajah atau face recognition untuk membekuk para penjahat.
Uji coba tersebut dijadwalkan berlangsung pada 17-18 Desember 2018 di Westminter, London. Dalam uji coba itu, polisi akan menyebarkan perangkat lunak di sekitar Soho, Piccadilly, Circus dan Leicester Square, untuk menjadi pengawas lingkungan.
Dikutip dari laman Mirror, Senin 17 Desember 2018, software tersebut tidak akan diletakkan secara sembunyi.
Uji coba teknologi ini akan berjalan sekitar delapan jam per hari. Semua wajah yang terekam pada database sistem akan dipakai untuk mencari orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) alias buronan. Namun demikian, polisi London mengatakan masyarakat bisa menolak untuk dipindai wajahnya jika tak berkenan.
Pemimpin dari proyek ini, Ivan Balhatchet mengatakan, mereka berkomitmen untuk melakukan 10 uji coba selama beberapa bulan ke depan. Mereka juga terlibat dengan banyak pemangku kepentingan lainnya, bahkan beberapa termasuk yang menolak teknologi ini.
"Agar transparan kami tetap melanjutkan perdebatan yang konstruktif. Kami telah mengundang individu dan kelompok dengan berbagai pandangan tentang penggunaan teknologi face recognition ini," katanya.
Pendukung privasi berulang kali mengungkapkan kekhawatirannya, dan melabelinya sebagai teknologi berbahaya dan tidak ada hukumnya. Juru kampanye dari Big Brother Watch mengklaim, ketidakakuratan teknologi tersebut mencapai 100 persen.
"Penggunaan alat pengawasan otoriter oleh polisi ini tidak memiliki dasar hukum. Ini adalah bentuk pengawasan massal yang jika dibiarkan akan mengubah masyarakat menjadi kartu pengenal berjalan," ujar Direktur Big Brother Watch, Silkie Carlo.
Ia mangatakan, alat pengawas ini akan membuat masyarakat umum lebih menderita, bukan penjahat. Akibatnya polisi telah banyak membuang-buang waktu dan uang untuk teknologi berbahaya dan tanpa hukum ini.