Jumlah Lulusan IT Lebih dari Memadai, Skill Masih Kurang
- VIVAnews/Muhammad Chandrataruna
VIVA – Indonesia diakui memiliki jumlah lulusan IT yang sudah memadai. Sayangnya, jumlah itu tidak berbanding lurus dengan kualitas yang dimiliki. Pemerintah pun merasa perlu mendorong generasi muda untuk bisa bersaing dan menjawab tantangan di era Revolusi Industri 4.0
Dikatakan Kepala Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Basuki Yusuf Iskandar, rata-rata skill IT lulusan di Indonesia masih kurang, terutama yang berkaitan dengan hard skill. Apalagi jika sudah berbicara mengenai ilmu turunannya, seperti AI, Big Data, keamanan siber, IoT, cloud computing sampai Telekomunikasi.
"Ini kan ilmu berkembang terus, cepat sekali berubahnya. Jadi harus mau belajar dulu, mau survive. Itu yang penting, kapasitas belajar dan kerja sama tim untuk bisa menyelesaikan masalah di masa depan yang semakin kompleks. Harus multi-disiplin," ujar Basuki kepada Viva.co.id, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, pemuda Indonesia yang menggeluti bidang IT juga harus bisa berpikir kritis dan tak fanatik pada satu metode tertentu. Jika demikian, dijamin dia tidak akan mampu berpikir kreatif. Kreatif, dikatakan Basuki, akan memberikan kesempatan pada para pemuda untuk menjadi bibit unggul.
"Keunggulan itu tergantung inovasi, sedangkan inovasi butuh kreativitas," katanya.
Sayangnya, Basuki sendiri kurang mengetahui jumlah pasti lulusan IT yang keluar secara resmi dari kampus setiap tahunnya. Namun begitu, kata dia, jumlah itu terus meningkat. Bahkan pada 2017, jumlah lulusan IT meningkat 20 persen ketimbang tahun sebelumnya. Namun ya itu, sayangnya, jika berbicara kualitas, hal ini sangat jauh dari harapan.
"Kalau secara jumlah, lulusa perguruan tinggi itu sudah lebih, ya. Tapi kalau bicara kualitas, ini berbeda sekali. Ada gap yang harus dipenuhi," kata Basuki.
Basuki mengungkapkan, pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk bisa menutupi gap ini. Tak hanya membangkitkan inisiatif institusi pemerintahan untuk melakukan program pengembangan SDM tapi juga melibatkan swasta.
"Saya pun secara pribadi sudah melaukan komunikasi dengan Kadin. Bahkan kita tahun ini membuat survei bersama dengan Kadin untuk melihat klasifikasi jenis skill-nya dan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri. Kita coba suplai, terutama untuk bidang IT dan komunikasi," ujar Basuki.
Perusahaan swasta sekaligus asing yang cukup concern dengan pengembangan SDM IT di Indonesia salah satunya adalah Huawei, yang memiliki program bernama Smartgen. Huawei Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam mengembangkan tenaga kerja dengan keahlian tinggi, mendidik talenta lokal, serta berkontribusi terhadap komunitas lokal. Bersama dengan para mitra strategisnya, Huawei telah melatih lebih dari 1.000 profesional TIK setiap tahunnya.
Dalam gelaran TechDay, Huawei dan masing-masing kampus telah menentukan topik terkini dalam industri TIK untuk dibahas bersama para pakar di bidangnya. Program SmartGen 2018 akan memfokuskan terhadap topik-topik terkini dalam dunia TIK seperti 5G, BigData, Artificial Intelligence (AI), Komputasi Awan, IoT(Internet of Things) dan Blockchain.
Sejak tahun 2009, selain SmartGen, Huawei juga telah secara aktif berkontribusi untuk mengembangkan talenta muda Indonesia lewat berbagai program alih pengetahuan di bidang TIK seperti: beasiswa, magang, program pelatihan bersertifikat untuk lebih dari 1.000 pelajar dari 20 universitas dan politeknik di bidang datacom dan nirkabel, mengirim lebih dari 75 mahasiswa terbaik Indonesia untuk berpartisipasi dalam program pelatihan global di Tiongkok – Seeds for the Future – dan telah menggelar pelatihan lebih dari 300 pengembang lokal di bidang aplikasi mobile dan e-commerce di Kominfo – Huawei Joint Innovation Centre.
"Semangat program SmartGen adalah tentang membina dan menyiapkan generasi muda Indonesia agar siap menghadapi dunia yang serba cerdas, sehingga mereka akan tumbuh menjadi smart generation yang akhirnya menciptakan smarter Indonesia," ujar CEO Huawei Indonesia, Hudson Liu.
Dalam program tahun ini, Huawei memperluas jangkauan program dengan menyesuaikan program yang sesuai bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) sekaligus menjawab Instruksi Presiden No.6 Tahun 2016 tentang? Revitalisasi SMK. Lewat program tersebut, Huawei berkeinginan untuk mengisi kesenjangan antara pasokan tenaga kerja dan kebutuhan industri.
Hingga saat ini tercatat Huawei Indonesia telah memberikan pelatihan bagi sedikitnya 12.000 tenaga ahli dan lebih dari 3.000 siswa.