Intelijen China di Balik Peretasan Hotel Marriott?
- redherring.com
VIVA – Sistem reservasi tamu milik grup hotel bertaraf internasional asal Amerika Serikat, Marriott, dijebol peretas atau hacker.
Tak tanggung-tanggung, aksi hacker ini berhasil mempublikasi 500 juta data pribadi tamu. Dua sumber yang mengklaim dirinya sebagai detektif swasta mengaku bahwa peretasan bagian dari operasi intelijen pemerintah China.
Dikutip dari situs BGR, Jumat, 7 Desember 2018, kedua sumber ini mengatakan hacker China berada di belakang kampanye yang dirancang untuk mengumpulkan informasi untuk digunakan sebagai upaya spionase Beijing, bukan keuntungan finansial.
Kendati China muncul sebagai tersangka utama kasus ini, tapi ada kemungkinan pihak lain memiliki akses yang sama. Beberapa di antaranya telah diposting secara online.
Sistem keamanan Hotel Marriott rupanya sangat berantakan. Penyidik membutuhkan waktu lama untuk mengidentifikasi pelakunya dengan pasti, karena faktanya kelompok hacker ini telah berada di dalam jaringan komputer hotel selama empat tahun terakhir.
Jika memang negeri Tirai Bambu tersebut berada di balik serangan hotel mewah ini maka menjadi satu tambahan kasus gejolak hubungan diplomatik China dengan AS.
Sebelumnya, pada 8 September lalu, alat keamanan internal membaca adanya upaya seseorang untuk mengakses database reservasi.
Setelah melakukan konsultasi dengan ahli keamanan luar maka terdapat fakta bahwa jaringan hotel telah dibobol hacker sejak 2014, dan telah menyalin segala macam informasi yang sensitif. Selama itu pula melibatkan lebih dari 500 juta tamu.
Pihak Marriott mengakui bahwa data tersebut meliputi nama, alamat, nomor telepon, alamat email, nomor paspor, tanggal lahir, jenis kelamin dan informasi lainnya yang melibatkan 327 juta tamu. Pada dasarnya segala hal yang mereka temukan akan menjadi temuan yang sangat berharga.