Sering Menahan Kencing, Apa Risikonya?
- log.viva.co.id
VIVA – Tubuh manusia dilengkapi dengan kandung kemih yang bisa menampung air seni hingga kurang lebih setengah liter (2 cangkir). Kandung kemih itu memiliki reseptor kecil yang mengirim pesan ke otak, ketika penampungan mencapai kapasitas. Sehingga kita terasa ingin pipis.
Untungnya, kita memiliki kontrol penuh atas fungsi kandung kemih. Jadi ketika otak menerima pesan ingin kencing, kita dapat memilih apakah segera membuangnya, atau menahannya. Sedang malas gerak saat nonton TV, dalam perjalanan, atau enggan antre di toilet mal, biasanya jadi dalih orang untuk menunda pipis.
Lantas, bagaimana dampak menahan kencing itu bagi tubuh? Apakah akan aman-aman saja, atau ada risiko berbahaya jika hal ini jadi kebiasaan?
Dalam sebuah acara talkshow sains di YouTube, SciShow, host Michael menjelaskan bahwa menahan buang air kecil membuat sfingter silinder di kandung kemih menutup erat untuk menjaga agar semua urin tidak bocor melalui uretra.
Menurutnya, memiliki kebiasaan menahan kencing, dapat berisiko pada efek jangka panjang yang cukup serius, termasuk infeksi yang parah.
Selain itu, otot kandung kemih juga jadi lemah, yang dapat menyebabkan retensi urin, yaitu kondisi gagal mengosongkan kandung kemih saat buang air kecil.
Menahan urin dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang panjang juga akan mengekspose tubuh pada bakteri berbahaya. Bakteri ini dapat meningkatkan peluang terkena infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi kandung kemih.
Jadi, apakah risiko-risiko tersebut terdengar sangat buruk? Meski kesannya tidak mengancam jiwa, namun menahan kencing tetap tidak disarankan karena beberapa dampak tersebut tentunya merupakan gangguan bagi kesehatan.
SciShow merupakan tayangan video di YouTube sejak 2012 yang membahas topik seputar sains, dipandu oleh vlogger Amerika, Michael Aranda.
Sumber: IFL Science