Migrain Ternyata Bisa Reda dengan Inhaler

Pria migrain.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Migrain yang mendadak menyerang, bisa jadi mimpi buruk bagi penderitanya. Meski kadang bisa diatasi dengan istirahat atau minum obat, namanya penyakit pasti cukup mengganggu aktivitas. Apalagi jika harus menjalankan tugas pekerjaan. 

Kenali Penyebab Migrain, IDI Gerung Bagikan Informasi Pengobatan yang Tepat

Terkait dengan keluhan migrain itu, hasil penelitian berikut ini mungkin membawa kabar baik untuk Anda penderita migrain. Studi yang diterbitkan di jurnal ilmiah Cephalalgia ini menyebutkan, migrain bisa diredakan tanpa mengandalkan obat. 

Caranya dengan sedikit mengubah molekul tubuh sendiri menggunakan inhaler kecil. Seperti dilansir laman Science Daily, peneliti telah memeriksa pasien yang menderita migrain aura, yang mana mereka mengalami gangguan sensorik atau visual sebelum mulai sakit kepala yang menyakitkan.

Benarkah Migrain Lebih Sering Menyerang Usia 30 Tahun? Ini Faktanya Menurut Dokter

Sebelas pasien berpartisipasi dalam studi percontohan, yang sekarang akan diikuti oleh uji klinis besar.

Salah satu penulisnya adalah MSc dalam bidang Teknik dan PhD Troels Johansen, yang melakukan penelitian sebagai bagian dari PhD-nya di Departemen Kedokteran Klinis di Universitas Aarhus dan Klinik Sakit Kepala di Aarhus University Hospital, Denmark.

Wanita yang Telah Menikah Lebih Banyak Dilaporkan Migrain, Kenapa?

Dia menjelaskan, migrain terjadi sebagai bagian dari reaksi berantai di mana pembuluh darah di otak berkontraksi dan darah tidak dapat memasok otak dengan oksigen yang cukup.

"Kami menggunakan CO2 dan oksigen, yang merupakan molekul alami tubuh untuk memobilisasi pertahanannya sendiri terhadap serangan migrain. Inhaler memperluas pembuluh darah yang memasok otak dengan oksigen hingga tujuh puluh persen dan dengan demikian menghentikan reaksi berantai yang merusak," kata Dr. Troels Johansen.

Studi percontohan dilakukan dari 2016-2017 dengan sebelas pasien penderita migrain aura. Salah satu hasilnya adalah bahwa efek pereda nyeri meningkat secara signifikan dengan setiap penggunaan inhaler. 

Empat puluh lima persen mengalami efek pertama kalinya, dan jumlah itu naik menjadi 78 persen untuk kedua kalinya.

"Studi ini menunjukkan beberapa efek fisiologis yang sangat signifikan dalam tubuh," kata Troels Johansen, yang saat ini mengajar di Aarhus University School of Engineering. Bersama dengan tim karyawan, ia telah memasukkan inhaler ke dalam produksi melalui perusahaan BalancAir.

Karena proyek percontohan terbatas pada migrain dengan aura dan hanya terdiri dari sebelas pasien, Troels Johansen sekarang berencana untuk melakukan uji klinis besar yang juga akan mencakup migrain tanpa aura dan migrain kronis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya