Heboh Pengamanan Stasiun MRT Seketat Bandara, Penumpang Protes
- VIVA.co.id/Dusep Malik
VIVA – Para penumpang, termasuk warganet, mengajukan protes ke pemerintah Singapura, lantaran mereka memasang mesin detektor logam seperti di bandara internasional di beberapa stasiun kereta bawah tanah (MRT).
Otoritas Transportasi Darat Singapura (Land and Transport Authority/LTA) telah secara resmi melakukan uji coba mesin detektor logam selama enam bulan terhitung sejak Senin, 12 November kemarin, dengan dalih meningkatkan keamanan di kawasan obyek vital.
Uji coba pertama dilakukan di Stasiun MRT Little India, di mana para komuter atau penumpang MRT terpilih diminta untuk berjalan melalui mesin detektor logam dan menempatkan tas mereka melalui mesin X-ray.
Selain Little India, mesin detektor logam ini juga ada di Stasiun MRT Bedok, Ang Mo Kio, Bukit Panjang, dan Yishun. Tak pelak, banyak penumpang mengaku tidak senang dan tidak nyaman dengan sistem keamanan baru ini karena perhatian utama mereka adalah kemacetan dan keterlambatan.
"Jika saya harus melalui mesin ini setiap kali saya naik MRT akan sangat tidak nyaman. Apalagi kalau saya sedang terburu-buru," kata salah satu penumpang, Ang Sui Tjie, seperti dikutip situs Mashable, Rabu, 14 November 2018.
"Ini buang-buang waktu. Pemilihannya tidak acak sama sekali. Mereka memilih orang yang membawa tas seperti saya. Saya sudah terburu-buru untuk bekerja dan sekarang mereka justru membuat saya terlambat," ujar penumpang lainnya, Sam Liew.
Kendati demikian, tidak semua warga Singapura protes. Menurut mereka perubahan sistem keamanan di Stasiun MRT ini bagian dari menjaga keamanan negara.
"Saya merasa lebih aman dengan pemeriksaan acak ini. Saya dan masyarakat yang tinggal di negara ini tentu mendukung (langkah-langkah seperti ini)," jelas Subramaniam Balasubramaniam.
Sementara itu, Wakil Direktur Divisi Keamanan Transportasi Umum LTA, Joseph Goh mengatakan, pihaknya sudah terlatih untuk memeriksa individu dengan cara diacak.
"Para petugas kami dilatih untuk melakukan penilaian sendiri untuk memilih penumpang untuk diperiksa. Tidak ada rumus baku tentang siapa yang kami pilih," ungkap dia.