Senyawa dalam Kopi Bisa Cegah Alzheimer dan Parkinson
- Pexels/rawpixel.com
VIVA – Terlalu banyak minum kopi diyakini tak baik untuk kesehatan. Gangguan pencernaan, insomnia, hingga jantung berdebar-debar mungkin akan Anda rasakan saat tubuh menerima kafein dalam takaran berlebih.
Akan tetapi, manfaat dari minum kopi juga telah banyak digaungkan berdasarkan penelitian-penelitian. Yang baru-baru ini, minum kopi dapat berkontribusi melindungi orang-orang dari penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Studi itu dipublikasikan di jurnal Frontiers dalam Neuroscience, yang menemukan korelasi antara peminum kopi dan tingkat penyakit.
"Konsumsi kopi tampaknya memiliki beberapa korelasi dengan penurunan risiko pengembangan penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson," kata Dr Donald Weaver, co-director dari Krembil Brain Institute di Kanada, dikutip dari laman IFL Science.
"Tapi kami ingin menyelidiki mengapa itu, atau senyawa mana yang terlibat dan bagaimana mereka dapat memengaruhi penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia," ujarnya lagi.
Para ilmuwan di Krembil Brain Institute mengatakan, mereka telah menemukan bukti bahwa kopi tertentu menghambat proses pelipatan protein. Penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan berbagai gangguan lainnya disebut sebagai penyakit misfolding protein, atau proteopathies, yang disebabkan oleh protein beta amiloid yang dilipat secara abnormal.
Studi baru ini menyoroti bagaimana sekelompok senyawa yang dikenal sebagai fenilindana, yang diproduksi selama proses pemanggangan biji kopi. Senyawa ini menghentikan dua fragmen protein yang umum di Alzheimer dan Parkinson, beta-amyloid dan tau, dari penggumpalan bersama dan misfolding.
Karena pemanggangan yang lebih lama, sehingga melahirkan fenilindana dalam jumlah yang lebih tinggi, para peneliti juga berpendapat bahwa kopi panggang gelap tampaknya lebih protektif.
"Ini pertama kalinya ada orang yang menyelidiki bagaimana fenilindan berinteraksi dengan protein yang bertanggung jawab pada Alzheimer dan Parkinson," kata rekan penulis studi, Dr Ross Mancini.
"Langkah selanjutnya adalah menyelidiki seberapa menguntungkan senyawa ini, dan apakah mereka memiliki kemampuan untuk memasuki aliran darah, atau melewati penghalang darah otak."
Tidak diragukan lagi hal-hal yang meyakinkan, terutama terkait studi lain yang telah menemukan hubungan antara kopi dan penurunan risiko penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Namun, para peneliti menyerukan agar sedikit menahan diri sebelum menilai kopi sebagai obat ajaib. Menurutnya, lebih banyak penelitian perlu dilakukan. “Ini menarik tetapi apakah kami menyarankan bahwa kopi adalah obat? Sama sekali tidak," kata Weaver memperingatkan.