Facebook Babat Habis Ratusan Akun Palsu
- News Room Facebook
VIVA – Media sosial Facebook membabat habis ratusan akun palsu yang berusaha mengganggu jalannya Pemilu Sela Amerika Serikat yang digelar pada Selasa, 6 November waktu setempat atau Rabu, 7 November 2018 waktu Indonesia. Sebanyak 30 akun Facebook dan 85 akun Instagram dinonaktifkan lantaran terlibat dalam 'perilaku tidak autentik yang terkoordinasi'.
Kepala Kebijakan Keamanan Publik dan Dunia Maya Facebook, Nathaniel Gleicher mengungkapkan, ratusan akun palsu temuannya ini dijaring di sebuah posting blog pada Senin 5 November kemarin, menjelang tengah malam.
"Sejak hari Minggu malam para penegak hukum AS menghubungi kami tentang aktivitas online yang baru-baru ini mereka temukan dan diduga kuat terkait dengan entitas asing. Kami segera memblokir akun-akun ini, dan hingga kini sedang menyelidiki lebih dalam," kata Gleicher, seperti dikutip situs TechCrunch, Selasa, 6 November 2018.
Kendati demikian, ia tidak memiliki lebih banyak informasi untuk dibagikan, dan mengatakan bahwa Halaman Facebook yang terkait dengan akun-akun yang dibidik ini tampak dalam bahasa Prancis dan Rusia. Sementara, akun-akun Instagram, tampaknya, sebagian besar berbahasa Inggris.
Ia juga berjanji kalau Facebook akan melakukan analisa yang mendalam dan menemukan pelaku sebelum mengumumkannya secara publik. Selain itu, Gleicher juga berjanji untuk memposting lebih banyak akun setelah Facebook mendalami masalah ini, termasuk akun yang terkait dengan rezim Iran.
"Ini adalah bersih-bersih akun menjelang pemilihan umum sela yang digelar hari Selasa, ketika jutaan warga Amerika akan pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih anggota parlemen dan gubernur negara bagian yang baru," jelas Gleicher.
Pemilihan ini oleh sebagian besar warga dan pengamat dilihat sebagai barometer untuk menguji kekuatan pemerintahan Presiden Donald Trump, di mana terpilihnya dia pada 2016 diduga kuat karena didukung oleh Badan Intelijen Rusia, FSB, dengan cara untuk menyebarkan disinformasi dan perselisihan terhadap lawan politiknya, Hillary Clinton.