Mahasiswa Undip Ciptakan Alat Pendeteksi Dini Penyakit Parkinson
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA – Lebih dari 150 ribu kasus per tahun di Indonesia terjadi kerusakan sel saraf di otak menyebabkan tingkat dopamine turun, sehingga berujung pada gejala parkinson.
Sayangnya, deteksi dini terhadap parkinson hanya dilayani oleh rumah sakit besar. Sedangkan pelayanan kesehatan tingkat pertama masih belum bisa memberikan pelayanan deteksi dini akibat keterbatasan alat dan biaya untuk pembelian alat yang tidak murah.
Kondisi ini mendorong mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, mengembangkan alat pendeteksi dini penyakit parkinson yang diberi nama Parkinson's Detection. Mereka adalah Faruka Tono Putri, Yogi Reza Ramadhan, dan Dimas Satria Firman.
"Untuk membuat alat deteksi dini penyakit parkinson ini kita melakukan riset hampir dua tahun di bawah bimbingan Dosen Rifky Ismail dan Moch. Ariyanto," kata Yogi, saat ditemui di Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) yang digagas Kemenristek Dikti di Jogja City Mall, Yogyakarta, Minggu, 28 Oktober 2018.
Ia menjelaskan cara kerja Parkinson"s Detection yaitu dengan mengambil suara dan data dengan "gait". Pengambilan data dengan suara menggunakan mikrofon.
Pasien parkinson memiliki perubahan suara yang keluar dari laring, perubahan tersebut adanya suara serak pada huruf lokal.
"Pengambilan data dengan gait menggunakan sensor EMG yang dipasang pada tibialis anterior, gastrocnemius medialis, dan gastrocnemius lateralis lalu menggunakan software matlab untuk mendeteksi pasien," ungkap dia.
Menurut Yogi, hasil klasifikasi sinyal suara dengan metode ANN untuk dia kelas yaitu sehat dan parkinson"s disease mencapai 98,4 persen. Sedangkan, untuk empat kelas yaitu kelas seat, possible, probable dan define menunjukkan akurasi sebesar 94,4 persen.
"Alat ini sangat akurat untuk mendeteksi pasien yang memiliki gejala Parkinson sejak dini," tutur Yogi. Prototype alat diagnosis penyakit parkinson dengan sinyal gait menggunakan serangkaian BITalino sensor terdiri dari EMG, EMG Pad, serta baterai untuk daya.
Hasil klasifikasi sinyal EMG dengan metode ANN untuk kelas sehat dan Parkinson adalah 76,8 persen. Sedangkan untuk empat kelas yaitu sehat, possible, proable dan define menunjukkan akurasi 71 persen. Hasil klasifikasi dengan metode SVM menunjukkan akurasi sebesar 79 persen.
"Alat deteksi dini Parkinson dengan sinyal suara dapat dipesan dengan harga Rp20 juta dan alat deteksi Parkinson dengan sinyal suara + EMG senilai Rp27,5 juta," katanya.
Alat Parkinson's Detection ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pelayanan kesehatan pertama seperti puskesmas untuk memberikan pelayanan deteksi dini penyakit parkinson karena harga relatif terjangkau. "Masyarakat tak perlu ke rumah sakit besar untuk pemeriksaan dini penyakit parkinson," jelas Yogi. (Webtorial)