Hati-hati, Media Sosial Tutup tapi Jejak Digital Tetap Abadi

Tampilan halaman muka Friendster.id.
Sumber :
  • Tangkapan layar Friendster.id

VIVA – Rekam jejak perilaku di media sosial bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Sebab, jejak digital akan tersimpan dan menghantui masa depan mereka.

Menteri Rosan Pastikan Gerak Cepat Realisasikan Komitmen Investasi US$8,5 Miliar dari 10 Perusahaan Inggris

"Media sosial memberdaya masyarakat, sehingga mereka mudah terpancing perilaku negatif. Mencatat jejak digital secara negatif. Ketika memicu jejak digital maka masa depan kita terancam," kata praktisi komunikasi, Bagus Sudarmanto, di Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.

Dengan jejak digital bisa merugikan pengguna di masa depan, seperti menghambat karir dan saat mencari pekerjaan. Saat ini beberapa perusahaan mulai mengecek media sosial calon karyawannya.

Retno Marsudi Diangkat Jadi Direktur Perusahaan Singapura Gurin Energy

Bagus mencontohkan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat melakukan penelitian mengenai jejak digital. Mereka juga telah menolak kandidat berdasarkan informasi yang ada di dunia maya. "Digital foot print tidak bisa dihapus. Saringlah sebelum sharing," tegas dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto turut mengingatkan soal jejak digital.

Pendapatan Energi Mega Persada Naik 8 Persen di Kuartal III-2024

Ia mengatakan saat orang lain meng-capture atau me-repost postingan pengguna media sosial maka hal itu bisa menjadi bukti kuat bahwa jejak digital masih ada. Meskipun media sosialnya tidak aktif lagi atau ditutup.

"Contohnya Friendster atau Path, yang akan ditutup Kamis, 18 Oktober ini. Kemungkinan jejak di dalamnya masih ada dan terbuka sangat lebar," jelas Setyo.

Ilustrasi menggunakan media sosial.

Hati-hati, Modus Baru Judi Online Merasuki Media Sosial

Secara akumulatif, sejak 20 Oktober hingga 22 November 2024, Kemenkomdigi sudah melakukan penindakan sebanyak 352.719 konten judol.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024