10 Universitas Berkompetisi Raih Penghargaan Inovasi Hortikultura

Ilustrasi inovasi hortikultura.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

VIVA – Perusahaan benih sayuran tropis hibrida PT East West Seed Indonesia atau Ewindo, yang dikenal dengan “Cap Panah Merah” melakukan Grand Final Panah Merah Innovation Award 2018 di Gedung Nusantara, Purwakarta – Jawa Barat.

Pengembangan Kawasan Lahan Kering Hortikultura oleh Kementerian Pertanian dan KOLTIVA

Lomba inovasi bertema “Smart Vegetables Farming for Sustainable Food Production” yang digelar Selasa 16 Oktober 2018 ini, diikuti oleh 34 tim peserta dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia, seperti Universitas Indonesia, IPB, ITB, UGM, UNPAD, Universitas Brawijaya, Universitas Jember, dan Universitas Sumatera Utara, UNILA, UNSUD, UNLAM.

Lomba ide dan inovasi mahasiswa di bidang hortikultura ini mendapat sambutan positif dari kalangan mahasiswa. Terbukti, tak kurang dari 34 tim dari 17 perguruan tinggi seluruh Indonesia mengirimkan karya terbaik mereka.

Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Guyur Pasokan Cabai ke Pasaran

Dari keseluruhan peserta tersebut, panitia memilih 10 tim yang berasal dari delapan perguruan tinggi, yaitu UI, IPB,  UGM, Unila, Unej, Unibraw, UMY dan USU untuk mempresentasikan hasil karya mereka.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, setiap tahun sekitar 80 ribu hektare lahan pertanian hilang atau beralih fungsi.

Mentan SYL Siap Kerjasama Pengembangan Green House Skala Industri dengan Spanyol

Dari tahun 2010 hingga 2014, luas panen sayuran Indonesia tidak beranjak dari angka satu juta hektar dengan kecenderungan menurun.

Dengan demikian, intensifikasi dengan memanfaatkan teknologi digital dan inovasi budidaya tanaman menjadi salah satu solusi utama untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hortikultura.

Termasuk, di antaranya adalah dengan penemuan varietas unggul yang sesuai dengan selera pasar dan teknologi produksi yang efisien.

Direktur Sales and Marketing Ewindo, Afrizal Gindow, seperti dikutip dari keterangannya, Rabu 17 Oktober 2018, mengatakan bahwa lomba di bidang hortikultura ini diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan antusias mahasiswa pada bidang riset dan inovasi.

“Sehingga, akan semakin banyak mahasiswa yang mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada akhirnya dapat memajukan bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang besar dan sejajar dengan bangsa maju lainnya,” tutur Afrizal.

Afrizal juga menerangkan, revolusi berikutnya dalam sejarah pertanian adalah “Smart Farming”, di mana semakin banyak petani, agribisnis, agroindustri, dan konsumen mulai mengadopsi teknologi tinggi dan inovasi berbasis data digital.

Menurutnya, ada tiga aspek sistem pertanian untuk menghadapi perubahan dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Pertama, adalah Precision Agriculture, yaitu menerapkan sensor digital untuk memantau dan mengukur secara akurat air yang dibutuhkan, struktur tanah, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban air, kadar mineral, hasil panen, topografi lapangan, serta serangan hama dan patogen.

Kedua, Management Information System, yaitu mengumpulkan, menyimpan pemrosesan dan mendistribusikan data untuk menggambarkan operasi dan fungsi pertanian. Dan ketiga, adalah Agricultural Automation and Robotics, yaitu menerapkan robot, mesin otomatis dan intelijen untuk meningkatkan efisiensi dan produksi pertanian.

“Salah satu kunci keberhasilan pengembangan industri hortikultura adalah kekuatan riset dan inovasi khususnya berbasis data digital. Mengembangkan budaya riset dan inovasi ini merupakan tugas kita bersama terutama dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat,” ujar Afrizal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya