Harga Bir Melonjak Gara-gara Cuaca Ekstrem
- Pixabay/Alexas_Fotos
VIVA – Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perubahan cuaca ekstrem dapat menurunkan jumlah bir secara global. Ilmuwan dari University of East Anglia dan University of California Irvine, keduanya dari Amerika Serikat, memperingatkan bahwa kekeringan dan gelombang panas bisa mempengaruhi hasil biji malt.
Dikutip dari Mirror, Selasa, 16 Oktober 2018, pasokan biji malt yang berkurang tentu akan mempengaruhi hasil bir, sehingga konsumen harus membayar mahal dan akan mengalami penurunan konsumsi.
"Dunia menghadapi banyak dampak perubahan iklim yang mengancam jiwa, sehingga orang-orang harus menghabiskan lebih banyak untuk minum bir yang terlihat sepele. Ada budaya untuk itu, tidak memiliki bir dingin pada hari yang panas akan menambah cedera," kata salah satu peneliti, Steven Davis.
Ia bersama tim peneliti lainnya memodelkan skenario berdasarkan tingkat masa depan. Mereka berharap hasil dari pembakaran bahan bakar fosil dan emisi karbondioksida. Dalam kasus terburuk, wilayah tempat biji malt tumbuh bisa mengalami kekeringan dan gelombang panas.
Negara pecinta bir seperti Belgia, Kanada dan Republik Irlandia, akan merasakan harga bir yang meroket. Bahkan, Irlanida akan menaikkan harga bir menjadi US$20 atau sekitar Rp304 ribu per pak.
Davis mengatakan peristiwa iklim yang parah ini juga akan mengurangi pasokan bir hingga 16 persen. "Kondisi iklim dan harga di masa depan bisa membuat bir tidak bisa lagi dijangkau oleh ratusan juta orang di dunia," jelasnya.