4 Intelijen Siber Terkuat Dunia, Nomor 3 Bikin AS Gigit Jari

Ilustrasi pelaku kejahatan siber.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Pasca-serangan terorisme 11 September 2001 di New York, Amerika Serikat (AS), terjadi pergeseran dalam operasi intelijen. Pola mengumpulkan data dan informasi saat ini menggunakan media siber atau yang disebut intelijen siber atau cyber intelligence.

Iran Tegaskan Akan Merespons "Tekanan Maksimum" dengan "Perlawanan Maksimum"

Pergeseran ini terjadi akibat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang masif, khususnya internet dan media sosial, selain penggunaan alat penyadap.

Berikut empat unit intelijen siber terkuat dunia yang diakui dan disegani Dunia Barat, berdasarkan data yang dikelola VIVA, Kamis, 11 Oktober 2018.

Palestina: Israel Menerjemahkan Dukungan Terus-menerus AS Jadi Pembantaian Genosida

1. Unit 26165 Rusia

Unit ini di bawah Direktorat Intelijen Utama atau Glavnoye Razvedyvatel'noye Upravleniye (GRU). Artinya, seluruh personel Unit 26165 adalah elit militer yang memiliki program jangka panjang untuk menjalankan operasi ilegal di seluruh dunia, serta dipandang sebagai pemain dunia maya utama negeri Beruang Putih.

Perempuan bisa mengembangkan teknologi? Mari Kita Pahami Bersama

Bukan itu saja. Unit tersebut tidak memiliki situs web publik sendiri dan tidak berkomentar secara terbuka tentang tindakannya. Struktur, jumlah staf, serta pembiayaan dinas intelijen militer Rusia ini adalah rahasia negara.

Mengutip The Telegraph, Amerika Serikat, Belanda dan WADA sepakat menuding GRU berada di balik kisruh di negara mereka masing-masing. Pemerintah AS memberi sanksi kepada staf GRU termasuk pimimpinannya, Igor Korobov, karena upaya ikut campur dalam Pemilihan Presiden 2016 melalui dunia maya.

Sedangkan, The World Anti-Doping Agency (WADA) atau Badan Anti-Doping Dunia juga mengalami serangan yang melibatkan pelepasan Therapeutic Use Exemptions (TUE) untuk para atlet olahraga, termasuk peraih medali emas Olimpiade empat kali AS, Simone Biles dan kakak beradik petenis Venus dan Serena Williams.

Presiden WADA, Craig Reedie, mengatakan bahwa peretasan itu jelas merupakan serangan pembalasan setelah 118 atlet Rusia dilarang bertanding di Olimpiade Rio De Janiero, Brasil, pada 2016, setelah terungkapnya skandal doping 'yang disponsori negara'.

Adapun Belanda mengaku telah menangkap empat mata-mata siber GRU yang mencoba meretas Organisasi Pelarangan Senjata Kimia atau The Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) di Den Haag.

2. Unit 8200 Israel

Dibentuk pada 1952, unit yang bernama lain Yehida Shmoneh-Matayim ini adalah unit khusus yang dibentuk dan dimiliki Israel Defence Forces atau Pasukan Pertahanan Israel.

Unit yang konon lebih hebat dari United States Cyber Command (US CYBERCOM) ini terbiasa bekerja menggunakan dan memahami teknologi, tetapi menciptakan teknologi seperti SIGINT (Signal Intelligence) maupun teknik memperoleh dan mengelola big data.

Tugas tentara siber Israel ini meminimalisir jumlah korban, baik warga sipil maupun pasukan Israel, dalam perang melawan terorisme, seperti dikutip dari Washington Post.

Mereka harus membongkar kode dan sinyal intelijen lawan atau musuh. Unit 8200 harus memastikan bahwa hanya 'orang-orang jahat' yang mengancam keamanan negeri Yahudi.

Salah satu 'hasil karya' unit ini adalah, pada 2010, menciptakan malware Stuxnet yang dirancang untuk menghancurkan sentrifugal – alat memperkaya uranium – pada sistem nuklir Iran, Natanz. Bersama dan Lembaga Sinyal Intelijen NSA (SIGINT) AS, Stuxnet diklaim sebagai senjata siber militer yang paling canggih.

3. Unit 61398 China

Unit ini satu dari dua puluh tentara siber milik Angkatan Bersenjata China (PLA), yang bermarkas di sebuah gedung 12 lantai di Jalan Datong, Distrik Pudong, Shanghai.

Menurut laporan perusahaan keamanan internet, Mandiant, dilansir dari The Diplomat, terdapat 141 perusahaan yang menjadi sasaran utama Unit 61398, dan 115 di antaranya berada di Amerika Serikat.

Perusahaan-perusahaan yang diincar bergerak di industri strategis seperti penerbangan, satelit, telekomunikasi dan teknologi informasi.

Cara bekerja unit ini, salah satunya, melalui spear-phishing atau menyamarkan serangan dalam bentuk-bentuk lain. Contohnya, mereka mengirim email ke sasaran yang isinya brosur kursus. Karena tidak menimbulkan kecurigaan maka korban membukanya.

Jika dibuka sistem peretas akan langsung masuk ke jaringan keamanan korban dan mencuri data-data atau merusak sistem di dalamnya. Tak pelak, hal ini membuat AS kalang kabut menghadapi serangan masif unit siber China.

Bukan hanya perusahaan strategis, Unit 61398 juga membidik militer AS. Sejak 2010, unit siber negeri Tirai Bambu itu mengincar data dan informasi tentang rencana rahasia perang AS seperti senjata nuklir, drone MQ-9 Reaper, dan lain sebagainya.

4. Unit 180 Korea Utara

Unit ini bagian dari Reconnaissance General Bureau (RGB) atau Badan Intelijen Luar Negeri Korea Utara. Mereka memiliki spesifikasi perang siber. Unit 180 juga satu dari banyak kelompok siber dalam komunitas intelijen negeri Kim Jong-un tersebut.

Mereka memiliki sejumlah otonomi dalam misi dan tugasnya, serta bisa beroperasi dari hotel di China atau Eropa Timur. Meski begitu, belum ada bukti kuat keterlibatan Unit 180 di Amerika Serikat, yang berhasil ‘memalak’ korban dengan serangan virus ransomware WannaCry dan meminta uang tebusan.

Dikutip dari ABC.net.au, Unit 180 bertugas meretas institusi keuangan dengan masuk serta menarik uang dari sejumlah akun bank. Cara kerja mereka dengan cara menyamar sebagai karyawan di sejumlah firma perdagangan milik Korut di luar negeri.

Bahkan, ada yang berhasil bekerja di perusahaan milik China ataupun perusahaan di Asia Tenggara lainnya. Unit ini diduga kuat melakukan peretasan di sejumlah bank seperti di Bangladesh, Filipina, Vietnam dan Polandia.

Pada Juni 2016, Korea Utara diduga telah meretas lebih dari 140 ribu komputer di 160 perusahaan dan kementerian di Korea Selatan. Mereka menanam kode berbahaya sebagai bagian dari rencana jangka panjang untuk serangan siber besar-besaran di masa mendatang.

Negeri Kim Jong-un itu lagi-lagi diduga melakukan serangan siber ke operator reaktor nuklir Korea Selatan pada 2014. Kendati demikian, semua tudingan tersebut ditolak mentah-mentah Korea Utara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya