Riwayat Radio Amatir, Andalan RI 1 saat Lumpuh Tsunami
- Instagram/@prassbudi
VIVA – Saat layanan telekomunikasi lumpuh di area terdampak Gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, telekomunikasi andalan yang dipakai yakni telepon satelit dan radio amatir.
Telekomunikasi melalui radio amatir menjadi alternatif sebab terbukti tak terganggu selama dan sesudah gempa terjadi.
Radio amatir memang siap sedia untuk menjadi jalur komunikasi alternatif saat kondisi darurat. Radio amatir memiliki peran penting dalam komunikasi bangsa, sebab menjadi cadangan nasional dalam bidang komunikasi.
Biro Kerja sama Antarlembaga Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI), Adam Sudhiarto mengungkapkan, sejarah membuktikan radio amatir menjadi andalan dan 'penyelamat' komunikasi saat tsunami hebat melanda Aceh beberapa tahun lalu.
"Pengalaman tsunami beberapa tahun lalu, komunikasi pertama kali RI 1 dengan lokasi terdampak di Aceh itu dari ORARI. Karena waktu itu pejabatnya tanggap dengan mendirikan stasiun radio amatir di Sekretariat Negara," ujarnya kepada VIVA, Senin 1 Oktober 2018.
Sementara di kompleks Istana mendirikan stasiun radio amatir, kala itu di Aceh, ORARI Aceh langsung mendirikan stasiun di tengah lapangan.
Kala itu, ungkap Adam, memang jaringan listrik mati, makanya relawan ORARI kala itu langsung pakai aki untuk bisa komunikasi dengan Jakarta.
"Jadi memang kembali lagi dari pemerintah dan stakeholder, mengakui atau menganggap eksistensi kami atau enggak?" ujarnya.
Adam memang tak mau membandingkan respons atas radio amatir rezim pemerintahan dahulu dengan sekarang. Pada pemerintahan saat ini, dia masih bersyukur, eksistensi ORARI masih diperhitungkan pemerintah.
"Kemarin Menkominfo mengakui. Disebut di televisi, ORARI, RAPI disebut kontribusi dukungan komunikasi," katanya.
Untuk itu, Adam menegaskan, teman-teman dalam jaringan radio amatir akan selalu hadir di tengah bencana.
"Kita diminta dan tidak diminta, kalau ada bencana, maka kita ada. Dianggap atau tidak dianggap, kita ada di tengah bencana karena kita menyadari kalau bicara bencana yang akibatkan terputusnya jaringan komunikasi, kita akan diperlukan," tuturnya.
Adam mengatakan, untuk mengetahui kondisi di lokasi terdampak bencana di Palu dan Donggala, pengguna radio amatir menggunakan semua band pada frekuensi bencana yakni 7065 KHz sama 7110 KHz yang memang dikhususkan untuk komunikasi darurat atau saat bencana terjadi dan jaringan komunikasi telepon terputus.
Komunikasi dengan radio amatir dalam kondisi darurat bencana di Palu dan Donggala saat ini memang cukup solutif. Komunikasi melalui radio ini tak terkendala jangkauan jarak, sebab sepanjang pesawat atau perangkat teleponnya pendukungnya ada, maka bisa berkomunikasi langsung.