Vaksin di Tubuh Manusia, Ibarat Helm dan Sabuk Pengaman
- Pixabay/Ann_San
VIVA – Kandungan vaksin MR yang diimpor dari India sedang menuai polemik di tengah-tengah masyarakat. Hal ini tidak terjadi satu kali saja. Program imunisasi serentak yang diadakan pemerintah, acap menimbulkan kontroversi.
Analogi vaksin menurut dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Ahmad Faried, seperti kendaraan. Musibah di jalanan tidak ada yang mengetahuinya, bisa salah dari diri sendiri maupun orang lain. Maka untuk mencegah itu, harus memproteksi orang yang ada dalam kendaraan.
"Kalau motor ya gunakan helm, kalau mobil pakai sabuk pengaman. Kalau sayang anak, gunakan pengamanan yang sama. Di jalan kita banyak bersinggungan dengan banyak orang," ujarnya dalam diskusi vaksin dengan media, Jakarta, Jumat 21 September 2018.
Faried sendiri mengaku membebaskan masyarakat yang ada dalam kelompok anti vaksin, asal mereka tidak merugikan 5 persen orang yang tidak bisa mendapat vaksin. Mereka adalah yang menderita HIV AIDS, cacat lahir, penyakit jantung bawaan, dan lain sebagainya.
Orang tua yang tidak memberi vaksin kepada anaknya dianggap telah menghancurkan masa depan anak.
Apabila si anak mempunyai cita-cita menjadi dokter, maka ia haruslah melewati tahapan vaksin. Begitupula saat mereka akan melanjutkan pendidikan di luar negeri.
"Kalau mereka anggap vaksin jelek, maka 30 ribu orang yang divaksin akan mati semua. Antivaksin juga melanggar hak asasi manusia (HAM) anak maupun kepentingan kelompok," tuturnya.
Penyaluran vaksin kepada masyarakat tidak hanya bergantung kepada biomedis saja. Masalah sosial serta keagamaan juga memengaruhi penerimaan serta pelaksanaan imunisasi.