Peneliti: Strategi Facebook Tangkal Hoax Membuahkan Hasil

Media Sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic

VIVA – Sebuah penelitian menyebutkan bahwa upaya media sosial Facebook memerangi berita bohong atau hoax dinilai sudah membuahkan hasil, namun tidak untuk Twitter.

Jangan Jadi Korban! Lindungi Rekening Anda dari Modus Penipuan QRIS Palsu

Hal ini berdasarkan penelitian bersama dari 570 situs atau website yang dilakukan Universitas Stanford dan Universitas New York, keduanya dari Amerika Serikat.

Mengutip situs Engadget, Senin, 17 September 2018, ke lima ratus tujuh puluh situs ini tercatat sebagai produsen hoax, menurut kelompok peneliti PolitiFact dan FactCheck.

2 Pria Ditangkap Buntut Sebar Hoaks Soal Warga vs Truk di Tangerang

Mereka mengumpulkan berita yang dipublikasikan situs-situs yang terdapat di Facebook dan Twitter sejak Januari 2015 hingga Juli 2018.

Dari periode tersebut mereka menemukan intensitas interaksi berita hoax menjelang Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 terus meningkat.

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Namun, pada Facebook, pasca-Pilpres AS intensitasnya menurun hingga 50 persen, sementara pesan berantai atau sharing berita hoax di Twitter makin bertambah.

Sebagai perbandingan, interaksi dengan situs ternama, kecil dan bisnis, serta situs budaya, tetap tinggi dan stabil pada waktu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dibuat Facebook memiliki efek terukur pada penyebaran berita hoax.

Tim peneliti juga menjelaskan temuannya tidak definitif dan mereka mencatat beberapa keterbatasan yang dimiliki saat menafsirkan hasil. Pertama, pemilihan situs bisa saja bias dan hampir bukan koleksi yang komprehensif.

Kedua, berita yang berasal dari situs bisa lebih rentan interaksi dari satu jaringan sosial daripada lainnya. PolitiFact dan FactCheck telah bekerjasama dengan Facebook dalam upaya penghentian penyebaran berita hoax.

Namun demikian keterlibatan Facebook pada Twitter share yang berubah juga menjadi catatan tersendiri. Saat Pilpres AS, Facebook dan Twitter memiliki rasio 45:1, dan dua tahun kemudian menjadi 15:1.

"Kami melihat perbandingan keterlibatan Facebook pada Twitter share sebagai potensial untuk lebih informatif. Meski hasilnya positif, kami masih mencatat ada sekitar 70 juta keterlibatan situs dengan sampel berita hoax di Facebook setiap bulannya,” demikian keterangan resmi kedua kelompok peneliti tersebut.

Adapun yang lainnya tercatat bahwa informasi palsu atau fake news tetap masih menjadi masalah bagi kedua platform hingga kini. Selama dua tahun belakangan, Facebook sudah berperang membendung hoax pada platformnya.

Media sosial besutan Mark Zuckerberg ini lebih senang menyebutkan gerakan ini sebagai perang melawan misinformasi atau informasi yang salah dan berita palsu alias false news.

Target pertama Facebook yakni membendung infomasi yang salah dan sejenisnya dalam bentuk artikel yang muncul pada platformnya.

Beragam jurus dilakukan Facebook, mulai dari cara mandiri dengan mengembangkan algoritma khusus dan terus merilis teknologi untuk memerangi masalah ini, menggandeng lembaga pengecek fakta pihak ketiga, sampai memberikan peringkat akurasi konten berbasis ulasan dari mitra pengecek fakta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya