Kembalinya Google ke China 'Makan Korban'
- REUTERS/Thomas Peter
VIVA – Keputusan Google untuk kembali ke China ternyata 'makan korban'. Mesin pencari raksasa ini harus kehilangan Jack Poulson yang mengundurkan diri sebagai senior research scientist Google.
Dilansir dari Business Insider, Jumat, 14 September 2018, comeback-nya Google sama saja menyetujui menyensor sejumlah informasi yang ada. Di mana prinsip itu bertentangan dengan prinsip dan nilai-nilai perusahaan milik Larry Page tersebut.
Poulson mengaku khawatir akan rencana Google yang akan mengembangkan aplikasi pencarian di China untuk perangkat Android. Sistem ini berkode Dragonfly, di mana akan menghapus konten yang menurut otoritas pemerintahan China sangat sensitif.
Informasi sensitif itu antara lain ketidaksepakatan politik, kebebasan bersuara, demokrasi dan HAM, serta aksi damai. Sebelumnya, Kepala Eksekutif Google, Sundar Pinchai menyebut bahwa pengembangan mesin pencarian di China bersifat eksploratori.
Meski begitu, ia mengatakan pengenalan kembali platform-nya tidak akan terjadi. Google telah hengkang dari China sejak 2010 karena kedua belah pihak tidak menemui kata sepakat mengenai sensor. Selain itu, comeback-nya Google ke negeri Tirai Bambu menerima banyak protes dari karyawannya sendiri.
Selain dengan China, Google juga diprotes karyawannya lantaran melakukan kerja sama dengan militer. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 4.000 karyawan Google menandatangani petisi yang meminta manajemen Google berhenti bekerjasama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Dalam kesepakatannya, Google menyediakan tools artificial intelligence (AI) untuk Pentagon - sebutan bagi Dephan AS - untuk menganalisa footage dari video drone. Tidak hanya Poulson, Software Developer Google, Tyler Breisacher, juga turut hengkang.