Pembangunan Infrastruktur Digital Dukung Revolusi Industri 4.0

Ilustrasi Palapa Ring.
Sumber :
  • Sekretarian Negara

VIVA – Dalam 20 tahun ke depan, sebanyak 65 persen penduduk di Indonesia, diprediksi pindah dan tinggal di perkotaan, di mana sekitar 70 juta jiwa menjadi kelas menengah baru. Selain itu, akan ada 22 kota metropolitan baru dengan jumlah penduduk rata-rata 1,5 juta jiwa.

Wamendagri Bima Arya Tegaskan Infrastruktur Digital Harus Inklusif dan Berdampak pada Kesejahteraan

Hal itu diungkapkan oleh Country Head of Deloitte Infrastructure and Capital Projects, Bernardus R. Djonoputro, di Jakarta, Rabu 29 Agustus 2018.

Menurutnya, kunci percepatan pembangunan infrastruktur di Tanah Air, khususnya digital, adalah kerja sama antara pemerintah dengan badan usaha atau KPBU.

Digitalisasi adalah Kunci

Langkah ini dinilai sebagai pilihan dengan terbatasnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bernardus menuturkan, pembangunan infrastruktur digital membutuhkan inovasi dan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan. Terlebih dalam menyambut Revolusi Industri 4.0.

"Supaya gairah ekonomi digital bisa dirasakan semua lapisan masyarakat. Karena, pembangunan infrastruktur digital berarti bicara konektivitas," kata dia kepada VIVA.

Infrastruktur Digital Jadi Tulang Punggung Transformasi

Bernardus menyebut pemerintah sudah melakukan KPBU di dua proyek, yaitu Palapa Ring dan Satelit Multifungsi, di mana keduanya menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Khusus Palapa Ring, Bernardus mengungkapkan seluruh rakyat Indonesia yang tinggal di pelosok akan memiliki kesetaraan terhadap akses digital. Hal ini menjadi arah yang positif dari sisi pemerataan kesempatan.

"Dengan Palapa Ring, saya melihat Indonesia sudah jadi contoh baik sebagai jembatan komunikasi antarpulau. Itu modal yang kuat untuk mendukung revolusi industri keempat," jelasnya.

Tak hanya itu, Bernardus mengingatkan pemerintah supaya melihat fenomena urbanizing, di mana akan muncul 22 kota metropolitan baru. Hal ini jelas berpotensi menerapkan konsep Kota Pintar atau Smart City.

"Konektivitas intinya. Karena itu menjadi tantangan utama pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dasar dan digital. Dua puluh dua kota baru ini tersebar sampai ke Indonesia Timur. Jadi, Pulau Jawa tidak mendominasi lagi," papar dia.

Bernardus menambahkan, pengaruh perekonomian terhadap teknologi digital sangat positif. Sebab, semakin tinggi pendapatan masyarakat di dalam sebuah negara, permintaan terhadap layanan digital akan semakin membaik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya