Ternyata Polusi Udara Bikin Otak Bodoh, Kamu Jangan Gak Pakai Masker
- REUTERS/Kim Kyung-Hoon
VIVA – Polusi udara sudah begitu akrab dengan keseharian kita. Apalagi jika tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta. Kepulan asap kendaraan dan debu seolah menjadi hal yang tak terpisahkan saban harinya.
Kita sering mendengar bahwa polusi udara memberi dampak buruk bagi kesehatan fisik. Tapi rupanya tak berhenti sampai di situ. Udara yang beracun ternyata juga berpengaruh terhadap aspek kecerdasan. Â
Menurut penelitian di China, 95 persen populasi global di seluruh dunia menghirup udara yang tak aman. Studi itu menemukan tingkat polusi yang tinggi menyebabkan penurunan signifikan dalam skor tes bahasa dan aritmatika, dengan dampak rata-rata setara dengan kehilangan satu tahun pendidikan orang tersebut.
"Udara yang tercemar dapat menyebabkan semua orang mengurangi tingkat pendidikan mereka satu tahun, yang sangat besar," kata Xi Chen anggota tim peneliti yang mengatakan di Sekolah Kesehatan Umum Yale Amerika Serikat, dikutip dari The Guardian, Selasa, 28 Agustus 2018.
Menurut Chen, tiap peningkatan 1mg polusi selama tiga tahun setara dengan kehilangan lebih dari satu bulan pendidikan. Meski sangat kecil, partikel udara kotor diketahui sangat merusak.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences ini, menganalisis bahasa dan tes aritmatika yang dilakukan sebagai bagian dari Studi Panel Keluarga China pada 20.000 orang di seluruh bangsa antara tahun 2010 dan 2014. Para ilmuwan membandingkan hasil tes dengan catatan dari polusi nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.
Mereka menemukan bahwa semakin lama orang terpapar dengan udara kotor, semakin besar kerusakan pada kecerdasan, dengan kemampuan berbahasa lebih dirugikan daripada kemampuan matematika.
Selain itu, laki-laki lebih terdampak ketimbang wanita, hal ini karena kinerja otak yang berbeda antara keduanya.
Sementara itu, menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan timnya, Derrick Ho, di Universitas Politeknik Hong Kong, mengatakan dampak polusi udara pada kemampuan kognisi sangat jelas. "Itu karena polusi udara yang tinggi berpotensi dikaitkan dengan stres oksidatif, neuroinflammation, dan neurodegeneration manusia," katanya.
“Pemerintah benar-benar perlu mengambil langkah konkret untuk mengurangi polusi udara. Meski mungkin itu akan berpengaruh pada perusahaan dan pemilik modal, yang merupakan salah satu kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi yang paling penting," ujarnya.
Lalu lintas jalan adalah penyumbang polusi udara terbesar di wilayah pemukiman. Menurut WHO, 20 kota dengan udara paling buruk di dunia berada di negara berkembang. China, salah satunya, telah berupaya dalam perang melawan polusi selama lima tahun terakhir.
Indonesia memang tidak masuk dalam daftar negara paling polutif, tapi juga tidak berada di ranking negara dengan kualitas udara yang baik, seperti Australia, Brunei, Selandia Baru, Estonia, dan Finlandia.