Didesak, WhatsApp Emoh Bikin Software Pelacak Pesan
- REUTERS/Dado Ruvic
VIVA – WhatsApp menolak permintaan pemerintah India agar perusahaan mengembangkan software yang bisa melacak pesan pengguna pada platformnya. Aplikasi pesan instan terpopuler di dunia itu menegaskan, mereka menjunjung tinggi aturan privasi yang mereka buat.
Namun pemerintah India masih terus berusaha dan tidak bisa menyerah. Sebaliknya, mereka ingin aplikasi milik Facebook itu menciptakan inovasi untuk mengatasi masalah penelusuran pesan palsu alias hoax di platformnya.
Beredarnya hoax di WhatsApp telah menjadi perhatian serius pemerintah India belakangan ini. Sebab dari hoax tersebut beberapa tragedi mengerikan telah terjadi berkali-kali di Assam, Maharashtra, Karnataka, Tripura, Jharkhand dan West Bengal. Pemerintah India patut khawatir, sebab jumlah pengguna WhatsApp d negeri ini tergolong sangat besar. Pada Februari 2017, India memiliki lebih dari 200 juta pengguna WhatsApp aktif.
Dilansir dari laman Livemint, Jumat 24 Agustus 2018, Kementerian Teknologi dan Informasi India telah dua kali mengirim surat ke WhatsApp untuk bertanggung jawab dan memfasilitasi penanganan dan dukungan penegakan hukum hoax tersebut.
"Anda harus memiliki mekanisme untuk menemukan solusi. Kami menghargai beberapa jaminan yang diberikan. WhatsApp harus terus mengeksplorasi inovasi teknis, yang mana dalam kasus pesan provokasi yang mengarah kepada kekerasan dan kejahatan dapat teridentifikasi asal muasalnya," ujar pejabat kementerian yang meminta identitasnya disembunyikan.
Awal pekan ini Menteri Teknologi dan Informasi India, Ravi Shankar Prasad juga telah bertemu dengan Kepala Eksekutif WhatsApp, Chris Daniels.
Prasad meminta Daniels untuk mencari cara melacak asal usul pesan palsu yang beredar di platformnya. Daniels juga diminta agar WhatsApp mendirikan kantor di India sehingga mudah untuk membuat pengaduan dan bisa menekan sedini mungkin beredarnya hoax di WhatsApp.
Namun WhatsApp menolak desakan pemerintah Negeri Bollywood tersebut, sebab permintaan yang diajukan akan melanggar kebijakan privasi perusahaan.
"Membangun penelusuran akan merusak enkripsi end-to-end dan sifat pribadi WhatsApp, bisa menciptakan penyalahgunaan yang serius. Kami tidak akan melemahkan perlindungan privasi yang telah kami berikan," ujar juru bicara WhatsApp, Carl Woog.
Dia menuturkan, pengguna menggunakan platformnya untuk membuat percakapan yang sensitif, termasuk dengan dokter, bank, atau keluarga. Woog menegaskan, WhatsApp hanya akan tetap fokus mendidik masyarakat di India dari hoax dan membuat warga di sana tetap nyaman.
Bulan lalu Kementerian Teknologi dan Informasi India telah menyetujui rencana WhatsApp Payment di India. Prasad meminta perusahaan untuk mematuhi pedoman Reserve Bank of India mengenai penyimpanan data keuangan di India.