BMKG Bantah Kualitas Udara Jakarta Buruk Jelang Asian Games 2018

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika membantah pemberitaan situs Aljazeera pada Jumat, 17 Agustus 2018 yang judulnya 'Air pollution welcomes athletes in Jakarta for Asian Games'.

Di dalamnya dijelaskan bahwa indeks polusi udara di Jakarta dalam kategori 'tidak sehat' yang menunjukkan kadar polusi mencapai 154 mikrogram per meter kubik.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa berita tersebut terlalu melebih-lebihkan. Menurutnya, data dari pengukuran satu lokasi tidak bisa digunakan untuk menggeneralisasi kondisi mutu udara seluruh Jakarta.

"Ada tiga lembaga pemerintah pemantau kualitas udara di Jakarta yaitu Pemerintah Provinsi DKI, BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ketiganya mengatakan telah mengukur kualitas udara dengan memasang alat pengukur konsentrasi debu partikulat ukuran <10 µg/m3. Dan, baru-baru ini juga telah dipasang untuk <2,5 µg/m3," kata Dwikorita, dalam keterangannya, Sabtu, 18 Agustus 2018.

Berdasarkan pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa angka polusi udara berhasil diturunkan. Dari 184 mikrogram ke 25 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut juga merupakan standar yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Informasi hasil pengukuran dan informasi indeks pencemaran udara tersebut, lanjut Dwikorita, telah disampaikan kepada publik secara luas baik melalui website maupun aplikasi Android dan iOS. Selain itu, ia mengatakan, dalam menentukan standar baku kualitas udara, pemerintah telah menetapkan indeks standar pencemaran udara (ISPU).

Lebih parah dari Beijing

ISPU merupakan angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya.

Viral Netizen Keluhkan Polusi Udara Jakarta yang Kian Memburuk, Kesehatan Warga Jadi Taruhan

Ia menyebutkan, parameter ISPU terdiri atas Partikulat (PM10), Karbondioksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan Ozon (O3). Berdasarkan ISPU tersebut terdapat lima tingkatan kualitas udara yaitu baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya.

ISPU diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Fenomena Aneh Benda Putih Mengambang dari Langit di Kalteng, Begini Penjelasan BMKG

Sebelumnya, menurut Aljazeera, tingkat polusi udara di Jakarta telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dengan mengacu pada standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam beberapa hari tingkat polusi udara Jakarta lebih buruk daripada ibu kota China, Beijing.

"Pemerintah belum melakukan apapun untuk meningkatkan kualitas udara. Lihatlah udara sekarang," kata Country Coordinator for Clean Air Asia, Ahmad Safrudin, dilansir Aljazeera. Ia juga mengaku telah mengadakan pertemuan dengan pemerintah membahas polusi udara dan diminta untuk menciptakan udara bersih selama gelaran Asian Games.

Ridwan Kamil Janji Bereskan Masalah Polusi Udara di Jakarta, Ini Jurusnya

Kualitas 'Sedang'

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, menambahkan, pihaknya melakukan analisis perbandingan konsentrasi PM 2,5 di Jakarta dan Beijing, dalam periode enam bulan, satu bulan serta dua hari terakhir. Meski begitu, ia membenarkan ada kenaikan konsentrasi PM 2,5 di Jakarta yang melebihi Beijing, namun tidak terlalu signifikan.

"Pengukuran semenjak bulan April kemarin menunjukkan nilai konsentrasi PM 2,5 cenderung di atas nilai panduan WHO (25 µg/m3). Tapi relatif berada di bawah ambang batas pemerintah (65 µg/m3). Pada bulan-bulan sebelumnya secara umum di bawah nilai panduan WHO," ungkap Herizal.

Ia pun menduga kualitas udara cenderung menurun karena ada campur tangan musim kemarau dan tidak adanya hujan. Aktivitas ini disebabkan oleh kurangnya pengendapan polutan mengambang di atmosfer oleh proses hujan. 

Sementara itu, pada konsentrasi PM 10, udara Jakarta cenderung masuk kualitas 'sedang' dengan rata-rata konsentrasinya berkisar 51-100 µg/m3. Kualitas udara 'sedang' pengertiannya adalah kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan.

Akan tetapi dapat berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan mengurangi nilai estetika udara pada waktu tertentu. "Hal tersebut sudah diinformasikan secara luas oleh masing-masing institusi," jelas Herizal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya