Jepang atau Indonesia, Mana Paling Banyak Terkena Gempa Bumi?

Wisatawan asing ramai-ramai tinggalkan Lombok pascagempa bumi.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Jepang dan Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang paling banyak mengalami gempa bumi di dunia, karena berada di daerah lintasan cincin api atau 'Ring of Fire' yang sangat aktif.

Gempa M 6,2 Guncang Aceh Selatan, Tidak Berpotensi Tsunami

Namun, sebuah survei yang dilakukan oleh Badan Survey dan Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey/USGS) menunjukkan kalau Indonesia merupakan negara yang paling aktif secara seismik.

Dikutip dari situs The Sun, Senin, 6 Agustus 2018, Tonga, Fiji dan Indonesia, adalah negara yang mengalami lebih banyak gempa bumi dibandingkan Jepang. Lalu, China dan Turki, termasuk ke dalam negara yang pernah mengalami gempa bumi terdahsyat.

Gempa Magnitudo 6,1 Guncang Parigi Moutong, BPBD: Sejauh Ini Tidak Ada Kerusakan

Gempa bumi yang cukup besar sebelumnya menghampiri Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 29 Juli 2018. Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR itu menewaskan 17 orang dan 160 luka-luka.

Gempa tersebut begitu kuat juga terasa di Pulau Bali. Tercatat, sekitar 66 gempa bumi susulan dengan yang terbesar mencapai 5,7 SR pascagempa bumi awal.

Gempa Bumi Magnitudo 6.1 Guncang Parigimoutong Sulawesi Tengah

USGS juga memberikan peringkat mengenai skala gempa bumi berdasarkan kekuatan dan durasi gelombang seismik. Gempa berkekuatan 3-5 SR dinilai kecil atau ringan. Selanjutnya, 5-7 SR dianggap kuat, dan 7-8 SR masuk kategori besar, sedangkan, 8 ke atas adalah paling besar.

Gempa besar yang pernah tercatat berada di dekat Valdivia, Chile selatan, pada 22 Mei 1960. Besarnya mencapai 9,5 SR yang berlangsung selama 10 menit dan memicu tsunami. Jumlah korban yang jatuh saat itu mencapai 1.000-6.000 jiwa.

Untuk wilayah gempa mematikan selanjutnya ada pada Aceh di Sumatera, Indonesia, pada 2004. Gempa bumi berkekuatan 9,3 SR ini memicu tsunami di kawasan Samudra Hindia dan menewaskan 280 ribu orang di berbagai negara.

Gempa bumi disebabkan oleh pergerakkan lempeng tektonik. Sekitar 80 persen terjadi di sekitar Samudra Pasifik. Lempengan batu raksasa yang membentuk lapisan atas Bumi selalu bergerak perlahan.

Lempengan batu ini sering bertabrakan, menghantam, dan saling melawan satu sama lain. Dampak ini tidak terlihat di permukaan, namun dapat menyebabkan tekanan besar di antara lempeng. Ketika dilepaskan, maka akan menyebabkan getaran besar yang disebut gelombang seismik.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

Kepala BMKG Sebut Anggaran Pengelolaan Informasi Gempa dan Tsunami Tak Kena Efisiensi

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memastikan anggaran untuk pengelolaan gempa bumi dan tsunami tetap dipertahankan meskipun terdapat kebijakan efisiensi anggaran.

img_title
VIVA.co.id
12 Februari 2025
img-logo
img-logo

Bantu kami untuk memperbaiki kualitas siaran TvOne dengan mengisi survey berikut