Kurangi Limbah Plastik, Ilmuwan Ciptakan Sendok Garpu Bisa Dimakan

Sendok dan garpu yang bisa dimakan
Sumber :
  • Dok. Entrepreneur

VIVA – Alat makan plastik merupakan penyumbang limbah yang jumlahnya terus meningkat. Untuk Amerika Serikat saja sudah menghasilkan 40 miliar plastik yang dibuang setiap tahunnya. Namun India sepertinya mempunyai satu solusi yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Founder and Directing Manager Bakey, Narayana Peesapaty, perusahaan alat makan di India menciptakan alat makan seperti garpu dan sendok yang bisa dimakan. Alat makan tersebut terbuat dari tepung millet, beras dan gandum.

Alat sekaligus makanan ini pertama kali diciptakan pada tahun 2010. Peesapaty adalah salah satu dari beberapa pemain yang membuat alat makan yang dapat dimakan. Produknya berkembang secara pesat di kalangan konsumen.

Dilansir melalui situs CBC News, Senin, 30 Juli 2018, Ia mengatakan khawatir dengan alat makan plastik. Hasil penelitian menyebutkan, komponen kimia pada alat makan plastik dapat larut ke dalam makanan. Akibatnya berimbas kepada efek kesehatan.

Peepaty juga tidak menggunakan air yang banyak untuk membuat alat ini, karena sumber daya air bisa habis sewaktu-waktu. Sebagian besar alat dibuat dari millet. Millet adalah biji-bijian Afrika kuno yang dirasa cocok untuk daerah semi kering. Millet tidak akan banyak menyerap air, sehingga alat makan tidak cepat rusak saat terkena air.

Vegan edibles mempunyai tiga rasa yang berbeda, original, manis dan pedas. Alat ini bisa disimpan selama tiga tahun. Anda tidak harus memakan alat ini untuk membuangnya. Dalam empat hingga lima hari alat ini akan terurai dengan sendirinya.

Sejak viral di Facebook pada tahun 2016, banyak orang di seluruh dunia yang memesan alat itu secara online. Mereka membelinya melalui toko online perusahaan. 

Tersandung masalah

Ditengah popularitasya, Bakey tersandung masalah. Saat itu mereka mengadakan kampanye online di Kickstarter dan Ketto, lalu berhasil mengumpulkan US$300 ribu. Donatur dijanjikan diskon paket sendok oleh mereka. Namun beberapa dari mereka memasukkan komentar pada halaman penggalangan dana, mengenai sendok yang tak kunjung mereka terima.

Ia menulis di halaman Kickstarter, penundaan itu disebabkan oleh masalah produksi. Mesinnya mogok ketika penggalangan dana. Namun Peesapaty terus berusaha mengejar pesanan para donaturnya.

Selain millet masih ada bahan lain yang juga dijadikan alat makan. Perusahaan Amerika seperti Bocado Handcrafted Product juga membuat sendok yang bisa dimakan. Ada pula Edible Spoon Maker (EDM) dan Wilton, menjual besi dan cetakan. Di mana konsumen bisa membuat sendiri sendok di rumah.

Bukan solusi

Hal tersebut seperti belum cukup untuk mengurangi limbah plastik. Lebih dari 8,3 miliar plastik telah diproduksi sejak 1950-an. 60 persen d antaranya telah berakhir di pembuangan akhir.

Plastics & Rubber Indonesia 2024, Dorong Inovasi Daur Ulang dan Efisiensi Pengurangan Limbah

Juru kampanye limbah di Toronto, Emily Alfred mengaku senang dengan ide tersebut. Namun solusi inovatif dan kreatif tersebut dirasa belum cukup.

"Tidak akan menyelesaikan masalah karena alat yang dimakan tentu juga akan menghabiskan banyak sumber daya dan energi," jelasnya.

Minimalkan Limbah, Begini Strategi Operasional Lippo Karawaci

Juru bicara Greenpeace juga sependapat dengan Alfred. Bagi mereka yang ingin bepergian, akan lebih baik untuk menggunakan alat set makanan yang terbuat dari logam ringan.

"Kita perlu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Alat yang dapat digunakan kembali adalah hal yang terbaik." katanya.

Intip Cara Lippo Karawaci Ubah Limbah Jadi Sumber Daya

Bakey hanya terdapat di India. Mereka mempunyai ratusan pelanggan internasional. Menjual 2,5 juta sendok ke perusahaan katering di India pada tahun lalu. 

Jalin gandeng EcoTouch Terapkan Bisnis Berkelanjutan.

Jalin Gandeng EcoTouch Implementasikan Bisnis Berkelanjutan

Jalin berhasil mengumpulkan 250,1 kilogram pakaian bekas dari karyawan, yang bisa diolah kembali menjadi 531,46 meter kain ramah lingkungan.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024