Riset: Rajin Salat Juga Bagus bagi Kesehatan Mulut dan Gigi
- Twitter/@UGMYogyakarta
VIVA – Banyak aktivitas sehari-hari yang bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulut jika dilakukan secara rutin dan cara yang tepat. Aktivitas ibadah salat 5 kali sehari ternyata punya manfaat kesehatan bagi gigi dan mulut. Temuan ini dirasa berharga, sebab prevalensi gangguan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia terbilang masih tinggi, mencapai 25,9 persen.
Pengaruh aktivitas salat pada kesehatan gigi dan mulut diteliti oleh tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada yakni Layung Sekar Prabarayi dan Nadia Rully Auliawati dari Fakultas Kedokteran Gigi, serta Rais Aliffandy Damroni dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.
“Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas salat dan berwudu memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan pH, kecepatan alir dan kadar kortisol saliva,” ucap Layung dalam keterangan di situs UGM, dikutip Kamis 19 Juli 2018.
Layung menjelaskan, aktivitas wudu, bisa meningkatkan pH. Semakin tinggi pH maka semakin tinggi aluran air saliva, dan semakin tinggi pula kadar kortisol, namun masih dalam batas yang normal. Saliva yang mencukupi, jelasnya, dapat melubrikasi atau melumasi gigi geligi, memberikan aktivitas anti bakteri, dan pengaruh lainnya.
Sementara itu, sekresi saliva yang kurang dapat menimbulkan masalah dry mouth atau xerostomia, sebuah fenomena yang banyak ditemui akibat stres, pengaruh obat, kurangnya kadar air dalam tubuh, serta kurangnya produksi saliva.
Metode Khusus
Dalam penelitiannya, ketiga mahasiswa itu menggunakan metode static group pretest and posttest design pada 20 subjek yang terdiri dari 10 subjek sebagai kelompok perlakuan dan 10 subjek sebagai kontrol. Pengambilan sampel saliva perlakuan dilakukan sebelum wudu dan sesudah salat sebanyak 5 kali dalam satu hari.
“Saliva tanpa stimulasi dikumpulkan selama lima menit ke dalam wadah untuk diukur kecepatan alir dan pH saliva di tempat, sedangkan pengukuran kadar kotisol menggunakan Elisa Kit dengan ? 540 nm di Laboratorium Riset Terpadu FKG UGM,” jelas Layung.
Dari pengujian yang dilakukan kemudian, mereka mendapatkan hasil rata-rata pH perlakuan 7,8 sedangkan pH kontrol 7,75. Hal ini, tutur Layung, menandakan aktivitas tersebut dapat meningkatkan pH.
Selain peningkatan pH dari aktivitas berwudu, mereka juga berargumen perasaan tenang dan rileks secara psikis yang dialami seseorang setelah melaksanakan aktivitas berwudu dan salat, menyebabkan saraf parasimpatis meningkat. Kondisi ini mengakibatkan kadar kortisol dalam rentang normal dapat menghasilkan sekresi saliva yang lebih banyak dan bersifat aqueous dengan derajat keasaman (pH) normal.
Penelitian ini, kata Layung, merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Namun, berbeda dari penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini para mahasiswa memadukannya dengan rangkaian aktivitas salat 5 waktu dalam 1 hari sekaligus. (ren)