Hebat, Pasir Laut Diubah Jadi Alat Penyerap Limbah Minyak
- tvOne/Agust Sabhara
VIVA – Tiga mahasiswa dari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, membuat inovasi alat untuk dijadikan absorben (penyerap) minyak berbahan SmartMaterial Silika Aerogel.
Ketiganya, Bramantya, Losendra Primamas Yonando, dan Muhammad Rifaldi, membuat silika aerogel berbahan dasar pasir laut.
Mereka melakukan penelitian di bawah bimbingan dosen Rama Oktavian. Ketua tim, Bramantya, mengatakan kegiatan pengolahan minyak pasti berdampak positif bagi perekonomian negara.
Akan tetapi, bisa berdampak buruk bagi lingkungan dalam bentuk tumpahan minyak. Hal ini berdasarkan PP no 18 Tahun 1999 jo PP no 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
"Tumpahan minyak termasuk dalam kategori limbah B3, karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup," kata dia, Jumat, 6 Juli 2018.
Terlebih, Bramantya menambahkan, jika tumpahan terjadi di laut akan menyebabkan rusaknya ekosistem laut. Oleh karena itu, metode paling umum untuk menghilangkan tumpahan minyak di laut adalah insitu burning, membakar minyak langsung di laut.
Namun, metode ini tidak menyelesaikan masalah lingkungan, justru menambah polusi udara. "Berangkat dari situ kami membuat silika aerogel. Kami pilih pasir laut karena kandungan silika pada pasir laut di Indonesia cukup tinggi. Bisa mencapai lebih dari 60 persen dari seluruh kandungan pasir," ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, selain kandungan silika yang hampir tersebar di sepanjang pantai Indonesia, harganya pun relatif terjangkau, sehingga memudahkan tim melakukan penelitian.
Penelitian yang didanai Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini menggunakan TEOS (Tetraetilortosilikat) sebagai pemodifikasi permukaan aerogel.
"TEOS ini akan mengubah permukaan aerogel menjadi non-polar sehingga akan menolak senyawa-senyawa polar seperti air dan menyerap senyawa-senyawa non-polar seperti minyak," ujar Bramantya.