Bahaya Tersembunyi Pamer Jari Bertinta Coblosan

Mencelupkan jari ke tinta usai mencoblos di Pilkada
Sumber :
  • Ist

VIVA – Pada hari pencoblosan ini, banyak pemilih memamerkan foto jari bertinta bukti sudah menyuarakan pilihannya dalam Pilkada Serentak 2018. 

Indonesia-Turki Kerja Sama untuk 'Tangkis' Serangan Hacker

Foto pamer jari bertinta ini dari sisi positif dinilai bisa menjadi edukasi politik bagi pemilih, agar tidak golput alias tidak memilih dalam gelaran Pemilu. Namun di sisi lain, foto jari bertinta menyimpan risiko bahaya keamanan, jika pemilih tak cermat dan teliti. 

Information Technology Security Specialist Vaksinkom, Alfons Tanujaya mengatakan, dari sisi teknis foto pamer jari bertinta memungkinkan peretas atau penjahat siber untuk mengambil sidik jari dari foto dengan resolusi yang cukup tinggi dan beberapa posisi jari. 

Bayar Tol dan Isi Bensin Pakai Sidik Jari Saja

Menurutnya, foto pamer jari bertinta yang memperlihatkan sidik jari menjadi risiko, apalagi bagi orang penting. Tapi jika yang pamer foto jari bertinta adalah orang biasa, risikonya kecil. 

Peretas butuh usaha dan biaya tinggi untuk mendapatkan sidik jari dan keuntungan korban orang biasa. Dengan membobol pada orang biasa, menurut Alfons keuntungan yang didapatkan peretas tak seimbang. Lain halnya jika yang menjadi korbannya adalah orang penting. 

Kiamat Digital Mengintai, Hacker Canggih Bobol Sistem Pertahanan Negara

"Kalau figur publik punya tingkat risiko tinggi untuk dieksploitasi. Seperti kepala negara atau pejabat negara penting, mungkin perlu berhati-hati," jelas Alfons kepada VIVA, Rabu 27 Juni 2018.

Sepengetahuannya, ujar Alfons, memang belum ada kasus eksploitasi sidik jari yang memanfaatkan pamer jari bertinta dalam Pemilu.

Tapi mengingat risiko keamanan tersebut, Alfons menyarankan, kepada pengguna agar jangan berbagi foto jari bertinta dengan resolusi tinggi. Selain itu, jika memang khawatir data sidik jari terpapar, sebaiknya pamer jari bertinta dengan pose yang lain. 

"Selain itu kalau mau paranoid tunjukkan saja jari kuku daripada sidik jari. Itu akan membuat risiko pengambilan sidik jari dari foto menjadi sangat rendah," kata dia.

Fauzan Fahmi (43), pelaku pembunuh wanita tanpa kepala di Jakut

Pembunuh Wanita Tanpa Kepala Kupas Kulit Telunjuk dan Jempol Korban, Apa Alasannya?

Fauzan Fahmi (43), pelaku pembunuhan wanita SH (40), yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di Muara Baru, Jakarta Utara, juga mengupas kulit telunjuk dan jempol korbannya.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024