Gunung Everest Jadi Tempat Pembuangan Sampah Tertinggi Dunia
- REUTERS/Laurence Tan/Files
VIVA – Gunung Everest merupakan gunung tertinggi di dunia yang ketinggiannya mencapai 8.848 meter atau 29.029 kaki. Puncak Gunung Everest berada di antara Nepal dan Tibet.
Dengan alasan tersebut banyak pendaki dari seluruh dunia saling berlomba menaklukkan Everest. Untuk tahun ini saja jumlah pendaki mencapai 600 orang. Akan tetapi, menjadi primadona ternyata bukanlah hal bagus bagi Everest.
Sebab, banyak pendaki yang pergi ke sana menyebabkan Everest menjadi lokasi pembuangan sampah tertinggi di dunia. Banyak pendaki yang tidak memperhatikan kebersihan dan meninggalkan jejak buruk di gunung tersebut. Sekadar informasi, sebanyak 8 ton sampah telah dikumpulkan dari gunung tersebut.
"Ini sangat menjijikan. Merusak pemandangan. Gunung ini membawa banyak limbahnya," kata seorang pendaki Everest, Pemba Dorje Shepa, yang telah menaklukkan gunung tersebut sebanyak 18 kali, dikutip dari Tribune India, Senin 18 Juni 2018.
Pemba juga menambahkan banyak orang yang menutup mata atas kejadian ini. Untuk tidak membuat rumit keadaan, pejabat setempat, klaim Pemba, menerima suap dalam jumlah kecil.
Industri pendakian dalam dua dekade terakhir juga turut membuat penduduk setempat prihatin. Sebab, Everest menjadi semakin padat karena ulah pelaku industri tersebut. Mereka mengambil pelanggan dengan harga murah demi mendapatkan keuntungan. Pelanggan yang didapat juga tidak terlalu berpengalaman dalam mendaki.
Sementara itu, Damian Benegas bersama saudara kembarnya Willie juga turut merasa prihatin akan banyaknya sampah yang ada di Everest. Mereka sendiri sudah lebih dari dua dekade mendaki Puncak Everest.
Akibatnya, para Sherpa (pekerja lokal), para pemandu, serta pekerja dataran tinggi yang diambil dari kelompok etnis lokal pribumi membawa barang yang jumlahnya lebih banyak dan berat seperti tenda, tabung oksigen, dan tali.
Sebelumnya barang-barang tersebut dibawa sendiri oleh pendaki seperti pakaian tambahan, tabung oksigen, makanan dan kantong tidur. Banyaknya pendaki yang tidak berpengalaman, membuat para Sherpa melengkapi perlengkapan para pendaki.
"Mereka harus membawa perlengkapan klien. Tujuannya agar mereka tidak meninggalkan sampah. Operator perlu pekerja yang lebih banyak lagi, untuk memastikan segala perlengkapan dan sampah pendaki dapat naik dan turun dengan aman. Pemerintah harus memberlakukan aturan yang ketat untuk para pendaki," ujar Benegas. (ren)