Google Janji Kecerdasan Buatan Bukan untuk Senjata Militer
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Google akhirnya menjawab spekulasi soal kecemasan dari karyawannya atas penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk kepentingan militer. Perusahaan raksasa digital itu menegaskan, akan terus bekerja sama dengan militer Amerika Serikat untuk pengembangan kecerdasan buatan. Namun kerja sama itu bukan untuk senjata atau pengawasan yang melanggar privasi dan HAM.
Kepala Eksekutif Google, Sundar Pichai menyatakan, teknologi apa pun, termasuk AI, tidak akan dijadikan senjata oleh militer.
"Kami sadar teknologi secanggih itu akan menimbulkan pertanyaan tentang penggunanya. Bagaimana AI dikembangkan dan digunakan akan memiliki efek signifikan pada masyarakat ke depannya," ujar Pichai dilansir Seattle Times, Jumat 8 Juni 2018.
Kabarnya akibat kerja sama dengan militer Amerika untuk proyek teknologi bernama Maven, Google kena kritik ribuan karyawannya. Namun Pichai tak sedikit pun membahasnya dalam keterangannya.
Tak jelas juga apakah keterangan Pichai menyangkut soal Maven. Walaupun dalam berbagai kesempatan Google membantah kerja sama keduanya untuk kepentingan ofensif.
Namun Google memastikan mereka akan senang hati membagikan ilmu sebuah teknologi ke pihak luar perusahaan. Dengan catatan, tetap akan ada aturannya sendiri mengenai hal ini tentunya.
"Kami berhak mencegah dan menghentikan teknologi kami jika kami sadar penggunaannya teknologi tidak sesuai dengan aturan," ujar Pichai.
Sebelumnya muncul kabar Google tidak akan meneruskan kerja sama dengan militer Amerika Serikat. Salah satu alasannya kemungkinan karena protes ribuan karyawan Google.