Target Serangan Siber Bukan Uang, tapi Data Pengguna
- REUTERS/Amir Cohen
VIVA – Berdasarkan laporan dari Dimensian Data berjudul "Executive Guide to the NTT Security 2018 Global Threat Intelligence Report," serangan terhadap sektor keuangan mengalami penurunan.
Meski turun, namun pada 2017, serangan siber terhadap sektor ini masih menjadi paling banyak pada tingkat global. Salah satu alasannya karena banyak pengguna atau user di sektor tersebut.
"Spesifik proteksinya (dengan sektor lain) sama. Mata rantai paling lemah ada di user. Sektor keuangan karyawannya sangat banyak," kata Country General Manager Dimension Data Indonesia, Hendra Lesmana, di Jakarta, Rabu, 6 Juni 2018.
Akan tetapi, tidak cuma sektor keuangan, Hendra menyebut hampir semua sektor user menjadi mata rantai paling lemah. Ini sebabnya penting bagi pengguna untuk memiliki level pengetahuan soal pengamanan siber minimal serta terus di-update.
Selain itu, kata Hendra, faktor lainnya adalah data yang terkumpul di sektor ini sangat banyak dan detail. Dari nama panjang hingga alamat, terdapat di sana. Artinya, para peretas atau hacker menginginkan data pengguna yang nantinya akan diperjualbelikan.
"Ini juga menjadi alasan peretas atau hacker selain mendapat uang secara langsung dari melancarkan serangan siber," tegasnya.
Serangan untuk mengambil data juga terdapat di sektor pemerintahan. Hendra mengatakan sejak adanya 'electronik' atau 'e' pada layanan pemerintahan, maka makin banyak serangan siber yang terjadi.
Walaupun dari sektor pemerintahan tidak mendapatkan uang secara langsung, berjualan data masih menjadi faktor utama hacker melakukan serangan siber ke kementerian/lembaga maupun perusahaan pelat merah.
"Dirasa signifikan walaupun tidak ada duitnya. Informasi data pribadi yang diincar, diambil, lalu diperdagangkan," ungkap Hendra.