Telah Berdiri Agama Blockchain, Kitab Sucinya Bisa Direvisi

Ilustrasi Blockchain.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Setelah mantan karyawan Google, Anthony Levandowski, mendirikan agama baru yang menjadikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai figur Tuhan bernama “Way of the Future," kini muncul agama lain yang menjadikan Blockchain Ethereum sebagai Tuhan.

Cryptocurrency Layak Dipertimbangkan sebagai Masa Depan Investasi? Pahami lebih Lanjut!

Mengutip situs Futurism, Selasa, 5 Juni 2018, pendirinya, Matt Liston, adalah mantan Chief Executive Officer Augur, platform prediksi yang didukung Blockchain. Ia memperkenalkan agama Blockchain-nya yang dinamai "Zero ex omega atau Zero times omega”. 

Pada 19 Mei 2018 di New Museum di New York City, Amerika Serikat, Liston membagikan 40 hard copy dari dokumen yang disebutnya sebagai “kertas api” atau kitab suci Zero times omega. Isinya menjelaskan bagaimana agama baru ini berfungsi.

Anda Investor Ethereum? Ini Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Ethereum Fork

"Ini adalah kerangka utama agama yang dapat memungkinkan mengatur keyakinan untuk memperbarui lebih cepat dan juga untuk mendemokrasikan hubungan antara pengikut dan konvergensi terhadap apa yang semua orang yakini terhadap agama ini," kata Liston.

Ide dasar Liston dari berdirinya agama ini karena Blockchain dapat menghilangkan kebutuhan akan keyakinan untuk memiliki otoritas yang mengatur.

Penandatanganan Kerja Sama Blockchain di KJRI Dubai

Dalam banyak agama besar saat ini, menurut Liston, keyakinan diputuskan oleh 'orang-orang yang di atas' seperti Paus di Katolik, Dalai Lama pada Buddha, dan Kepala Rabi untuk agama Yahudi.

"Di agama kita berbeda, karena pengikut (umat) memiliki suara yang sama. Pengikut bisa memutuskan dan mengubah bagian-bagian dari kitab suci agama Blockchain, atau mulai menggunakan sumbangan untuk mendukung kegiatan amal tertentu," jelas Liston.

Karena sifatnya distribusi dan sulit untuk diretas, Blockchain dapat memberikan platform yang sempurna bagi pengikut untuk menyuarakan pendapat mereka, atau memberikan suara mereka kepada umat Blockchain lainnya untuk memberikan suara atas nama mereka.

"Dan, jika pengikut tidak bisa mencapai konsensus tentang suatu topik, maka Zero times omega dapat menjadi dua agama terpisah," ujarnya.

Meskipun Liston mendirikan agama, namun tidak menganggap dirinya sebagai Cryptsiah atau Cryptophet - mirip Paus atau Dalai Lama. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya