Langkah Besar China Dekati Sisi Gelap Bulan

Ilustrasi permukaan Bulan, hasil rekaan tim Badan Antariksa Eropa (ESA).
Sumber :
  • www.esa.int

VIVA – Badan antariksa China telah meluncurkan roket Long March 4C dari pusat peluncuran satelit Xinchang pada Senin kemarin. Roket Long March itu membawa muatan satelit komunikasi Queqiao.

Walaupun tak disiarkan secara luas, badan antariksa China mengatakan, peluncuran tersebut berjalan dengan lancar.

"Peluncuran merupakan langkah besar bagi China untuk menjadi negara pertama yang bakal mendaratkan wahana ke sisi jauh Bulan," ujar manajer proyek misi satelit tersebut, Zhang Lihua, dilansir situs Arstechnica, Selasa 22 Mei 2018. 

Tujuan mereka memang untuk mendaratkan wahana di sisi jauh atau sisi gelap Bulan. Namun sebelum mendaratkan wahana di sisi tak tersentuh Bulan itu, perlu persiapan untuk menyokong komunikasi ke Bumi. 

Nah, satelit Queqiao yang diluncurkan Senin lalu bakal menguji kekuatan China apakah mampu melakukan komunikasi tersebut dengan baik.

China mengabarkan, setelah 25 menit meluncur dari daratan Bumi, satelit Queqiao akan memisahkan diri dari roket Long March 4C. Selanjutnya satelit itu akan menuju 'tempat parkir' di titik Lagrangian 2 (L2), yang lokasinya 455 ribu kilometer dari Bumi. Titik itu berada sekitar orbit Bulan dan Bumi.

Di tempat parkir antariksa itu, satelit tersebut akan berfungsi sebagai sambung siaran atau relai komunikasi. Selama 6 bulan, satelit ini akan melakukan serangkaian tes menguji fungsi sambungan komunikasi.

Satelit Queqiao harus mencapai orbit L2 sekitar 8 hari dari peluncuran. 

Apollo 11, Kisah Proyek Luar Angkasa Satukan Umat Manusia

Gambar permukaan Bulan

Jika berhasil, China akan mengirimkan stasiun luar angkasa Chang'e 4 akhir tahun ini untuk mendarat ke sisi gelap Bulan. 

Google Doodle Rayakan 50 Tahun 'Invasi' Manusia ke Bulan

Pengujian ini dibutuhkan sebagai persiapan Chang'e 4. Dengan mendarat di sisi jauh atau sisi gelap Bulan, Chang'e 4 akan mengalami kesulitan mengirimkan komunikasi. Wahana ini mengirimkan sejumlah informasi lewat L2 terlebih dahulu dan baru mengirimkannya ke Bumi. 

Pada bagian sambungan komunikasi, satelit tersebut menggunakan frekuensi S-band dan X-band. Selain itu, satelit ini juga membawa dua instrumen yaitu antena radio Belanda yang akan mempelajari frekuensi radio luar angkasa yang diblokir atmosfer Bumi dan laser angle reflector dengan bukaan besar, untuk pengukuran jarak antara Bumi dan wahana luar angkasa tersebut. 

Konstruktor Senjata Nazi Jadi Kunci Sukses Misi ke Bulan
Astronot NASA yang akan ke Bulan.

NASA (Akan) Kembali ke Bulan Setelah 50 Tahun

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA, telah menunjuk empat astronot yang akan membawa umat manusia kembali ke Bulan setelah jeda 50 tahun.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2023