6 Jenis Bom Bunuh Diri Dipakai Teroris, Ada 'Ibunya Setan'
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Ledakan bom di tiga gereja di Surabaya dan Rumah Susun Sewa Wonocolo di Sidoarjo pada Minggu, 13 Mei, serta Mapolrestabes Surabaya pada Senin, 14 Mei 2018, berdampak ke daerah lain, termasuk ibu kota Jakarta.
Akibatnya, status keamanan Jakarta dan kota penyangga lain yang masuk wilayah hukum Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya meningkat menjadi Siaga I.
Persamaan dalam aksi teror ini adalah menggunakan media manusia dan bom yang dipasang di tubuh untuk melakukan aksi bunuh diri. Berdasarkan data yang dikelola VIVA dari berbagai sumber, berikut jenis bom yang dipakai para teroris.
Bom Pipa
Adalah jenis perangkat improvisasi yang melihat bagian pipa tertutup yang diisi dengan bahan peledak, yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan ledakan karena tekanan yang meningkat dan pecahan peluru.
Menurut Wakil Komisioner NYPD, John Miller, seperti dikutip situs Independent, bom pipa berbeda dengan bom pipa tunggal, yang biasanya tersembunyi atau digunakan sebagai bagian dari perangkat yang lebih besar, untuk dilekatkan pada seseorang.
Sebab, bom pipa dipasangkan pada rompi bunuh diri yang terdiri dari beberapa pipa dan kombinasi bahan peledak lain yang dikemas dengan bantalan bola atau pecahan peluru.
Contoh kasus aksi teroris yang memakai bom pipa adalah serangan teror di kota New York, Amerika Serikat, pada 11 Desember 2017, dengan pelaku bernama Akayed Ullah dan ledakan di Kantor Polsek Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1 Januari 2018.
Bom Pinggang
Ciri khasnya bom dipasang di pinggang tersangka teroris. Dalam melakukan aksi, biasa mereka berjalan atau menggunakan kendaraan, khususnya sepeda motor, untuk mendekati lokasi atau target.
Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dalam kunjungannya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 13 Mei kemarin, terungkapnya penggunaan bom pinggang ini dilihat dari hancurnya bagian tubuh tersangka pada perut saja.
Sementara bagian atas dan bawah, semua masih utuh. Contoh kasus bom pinggang yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl Diponegoro, Surabaya, dengan pelaku Puji Kuswati dan dua anak perempuannya, Fadilasari, serta Pamela Riskita.
Mother of Satan
Dalam penggerebekan rumah pelaku bom bunuh diri yang berlokasi di Wisma Indah blok K22 RT 02 RW 03 Kelurahan Wonorejo Rungkut Surabaya, Tim Densus 88 Antiteror berhasil menemukan tiga bungkus plastik.
Di dalamnya terdapat dua pipa dan sudah ada isinya. Kapolrestabes Surabaya Komisaris Besar Rudi Setiawan mengatakan bom jenis ini dikenal dengan TATP atau Three Asseton Three Poropsaid.
"Jika diledakkan langsung tercerai-berai," ungkapnya di Surabaya, Minggu, 13 Mei 2018.
Bom ini tergolong jenis high explosive dan baru pertama kali terjadi di Indonesia pada 29 Oktober 2015 ketika pelaku teror bom bernama Leopard Wisnu Kumala melakukan aksinya di Mal Alam Sutera, Banten.
Mengutip situs Thefutureofthings, TATP telah digunakan para militan dan teroris dalam beberapa dekade terakhir. TATP adalah salah satu bom yang sulit dibuat dan mematikan. Kendati demikian, bahan-bahannya mudah dicari.
Bom ini memiliki kecepatan detonasi atau velocity of detonate (VoD) yang cukup tinggi sekitar 5.300 m/s. TATP ditemukan pada 1895 oleh seorang ilmuan Jerman, Richard Wolffenstein.
Kekuatannya dalam jumlah yang sama lebih besar daripada TNT. Bom jenis ini lebih mudah dibuat, dan susah untuk dideteksi Sinar X. Inilah mengapa TATP disebut sebagai Ibunya Setan alias ‘Mother of Satan.’
Bom Panci
Adalah bom yang menggunakan panci presto sebagai wadah alat ledaknya. Di dalam panci presto tersebut dimasukan beragam jenis bahan peledak dan partikel lain seperti paku, bongkahan besi, kaca, dan sebagainya.
Pada gagang panci bisa ditempelkan ponsel sebagai detonator pemicunya sehingga bom jenis ini bisa dikendalikan melalui jarak jauh.
Contoh kasusnya antara lain ledakan di kereta eksekutif di Mumbai, India, pada 11 Juli 2006 dan Boston Marathon, AS, pada 15 April 2013.
Bom Koper
Adalah bom rakitan yang diletakkan ke dalam koper. Di dalamnya dimasukan beragam jenis bahan peledak dan partikel lain seperti paku, bongkahan besi, kaca, dan sebagainya.
Contoh kasusnya yaitu ledakan di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton – keduanya di Jakarta – pada 17 Juni 2009.
Bom Buku
Bom yang dirakit dan diletakkan di wadah dalam bentuk paket buku. Teror bom buku pernah terjadi pada 2011 yang menimpa Gories Mere, saat itu pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian BNN, dan tokoh Islam Ulil Abshar Abdalla.