Gedung Pencakar Ini Bisa Dilipat, Cocok untuk Zona Bencana
- Instagram/@archinecthq
VIVA – Bayangkan bagaimana susahnya mendirikan gedung di daerah rawan risiko bencana. Misalnya di Jepang, gedung yang dibangun sudah menimbang betul terkena goncangan gempa bumi, namun tetap saja gedung di Negeri Matahari Terbit tak sekokoh menghadapi gempa.
Dari keprihatinan tersebut, perancang gedung membuat desain gedung pencakar langit bergaya origami atau seni melipat kertas dari Jepang. Perancang gedung yang dinamakan Skyshelter.zip ini adalah Damian Granosik, Jakub Kulisa, dan Piotr Panczynk dari Polandia.
Konsep gedung ini akan bisa memasukkan gedung ke dalam kotak dan membawanya menggunakan helikopter ke mana pun, skema ini dipandang sangat berguna saat terjadinya krisis bencana. Gedung pencakar tinggi ini bisa berdiri berkat balon helium yang ditempatkan di dalamnya. Balon itu melindungi masalah yang ada di luar gedung.
Pembuatan gedung ini sebagai jawaban untuk manajemen bencana di dunia. Bagian luar gedung bisa dilipat dan nantinya dipindahkan dengan menggunakan helikopter apabila wilayah itu terkena bencana alam.
"Terus terjadi bencana alam di seluruh dunia. Saat terjadi kekuatan yang sangat besar, manajemen krisis terkadang terbukti kurang efisien," ujar tim perancang, dilansir Daily Mail, Selasa 24 April 2018.
Jumlah lantai pada gedung ini bisa disesuaikan, tergantung pada gas yang ada pada balon. Ini berarti modul tunggal dapat menyesuaikan sesuatu kejadian yang tidak terduga dan masih bisa mendukung dengan tingkatan yang sesuai.
Gedung ini juga bisa menjadi alternatif penampungan sementara bagi korban untuk tinggal di dekat rumah mereka. Dalam rancangannya, tim desainer mengatakan gedung menampung air hujan untuk diolah menjadi air yang bersih siap konsumsi, Kemudian perisai gedung dilapisi dengan sel surya sehingga bisa menghasilkan energi yang ramah lingkungan.
"Skyshelter.zip mencoba untuk menjawab isu itu dengan membuat struktur dengan lantai yang lebih besar, mudah dibawa mana saja dan dapat digunakan dengan jumlah minimum pekerja. Dimaksudkan untuk berfungsi sebagai pusat multi tujuan untuk setiap operasi bantuan," jelas tim desainer.
Desain ini memenangkan kompetisi Evolo dan mengalahkan 525 konsep arsitektur lainnya.