Ilmuwan Temukan Enzim Pemakan Plastik
VIVA – Dari sekian penemuan yang bermanfaat bagi dunia, ada sebagian yang ditemukan secara tidak sengaja. Salah satu yang terbaru adalah penemuan enzim yang ternyata bisa menghancurkan plastik.
Hal ini dimulai sejak dua tahun lalu, ketika ilmuwan Jepang berhasil menemukan sebuah bakteri pemakan plastik. Bakteri ini bisa memisahkan Polyethylene terephthalate (PET) pada plastik selama enam minggu lewat bantuan enzim.
Diketahui PET merupakan senyawa yang kerap ditemukan di botol plastik dan membutuhkan waktu 400 tahun untuk bisa diurai secara alami.
Untuk melihat bagaimana enzim pembunuh PET itu bekerja, sekelompok ilmuwan dari berbagai latar belakang berupaya mengubah struktur molekulnya. Ini dilakukan untuk melihat berapa banyak dan secepat apa degradasi itu terjadi. Ternyata penguraian plastik itu lebih cepat terjadi ketimbang penelitian sebelumnya.
"Enzim di penelitian baru ini memiliki performa 20 persen lebih baik dari sebelumnya. Ini artinya, enzim tersebut belum terlalu dioptimalkan. Kita memiliki kesempatan untuk mengembangkannya lebih cepat lagi," ujar John McGeehan, seperti dilansir The Guardian.
Saat ini, enzim industrial untuk tujuan khusus, seperti produksi biofuel telah dibuat agar mampu memiliki performa 1000 kali lebih cepat daripada enzim bakteri alami dalam beberapa tahun ke depan. Inilah yang ingin digunakan McGeehan dan tim-nya untuk menghancurkan PET.
Sekarang, enzim membutuhkan waktu sampai beberapa hari untuk mulai mengurai plastik dan enam minggu tambahan untuk menyelesaikan proses penguraian tersebut. Jika 42 hari dibagi 1.000 maka hasilnya bisa sampai 10 jam saja.
"Enzim yang diproduksi secara massal dan dioptimalkan sepenuhnya, tidak beracun dan dapat terurai, memiliki dampak signifikan pada tumpukan plastik dalam waktu singkat," katanya.
Data yang ada di seluruh dunia, tumpukan sampah plastik semakin menggunung di beberapa sudut wilayah tempat pembuangan akhir. Bahkan setiap menit lebih dari satu juta botol plastik diproduksi. Pemerintah negara kerap kewalahan menghadapi sampah plastik, yang bahkan pembuangannya bisa sampai ke laut, yang berakibat rusaknya ekosistem.