Hikayat Tambora Meletus, Matahari Sampai Menghilang

Pesona Gunung Tambora
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Dua abad lebih tiga tahun lalu, malam hari 5 April 1815, ledakan dahsyat meletus membuat orang di Hindia Belanda terkaget-kaget dan bingung. 

Dahsyatnya Letusan Tambora, Manusia Beterbangan

Ledakan terjadi susul menyusul tiap 15 menit. Berlangsung semalaman sampai keesokan harinya. Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu Thomas Stanford Raffles mengira, ledakan itu adalah suara meriam dari musuh yang menyerang detasemen pasukan di Yogyakarta. Ada perkiraan lain, ledakan itu muncul dari meriam bajak laut di pantai Yogyakarta. 

"Suara ledakan yang terdengar, seperti suara letusan satu pasukan bersenjata atau suara petir. Beberapa pihak merasa yakin bahwa suara yang terdengar merupakan suara ledakan meriam dari para bajak laut di pantai. Namun pendapat di kalangan penduduk, itu bukan suara senjata bajak laut," tulis Raffles dalam bukunya History of Java

Akan Muncul Cahaya Misterius Malam Ini hingga Menjelang Fajar

Dalam laporannya yang dikirim ke Gubernur, seorang bernama Tuan Assey dalam bukunya Batavia Transactions menuliskan, ledakan yang begitu keras kala itu dianggap sebagai letusan gunung yang dekat di lokasinya.

Assey mengatakan selama berlangsungnya ledakan, suara yang muncul bertambah keras terasa dekat dengannya. Untuk itu, Assey mengira ledakan itu adalah letusan Gunung Merapi, Gunung Klut (Kelud) atau Gunung Bromo. 

Persiapan Pramono Anung di Debat Terakhir Pilkada Jakarta

"Suara yang pertama terdengar mirip dengan bunyi meriam di kejauhan sehingga kami mengira itu adalah pasukan dari Yogyakarta yang diserang musuh," tulisnya.  

Setelah semalaman ledakan tiada henti, keesokan harinya, penyelidikan dilakukan. Penyisiran dilakukan di sepanjang pantai untuk melihat kapal yang diserang. Kemudian hujan abu turun, membuat spekulasi ledakan meriam itu runtuh. Orang kala itu baru sadar ada peristiwa alam dahsyat semalam telah terjadi. Gunung Tambora meletus. 

‘Suara meriam’ Tambora itu ternyata terdengar hingga ratusan mil jauhnya, menyeberang pulau. Raffles menuliskan, letusan Tambora terdengar dari Sumbawa ke Sumatra yang jauhnya 970 mil. Letusan tersebut juga terdengar sampai seberang pulau yakni di Ternate yang berjarak 720 mil. 

Dahsyatnya daya rusak letusan Tambora semalaman itu terlihat dampaknya di Maluku, Jawa, sebagian Sulawesi, Sumatra dan Kalimantan. 

The History of Java karya Thomas Stanford Raffles

Raffles menuliskan, di Jawa, letusan itu mengakibatkan langit siang hari tertutupi awan panas, matahari menghilang dari pandangan karena awan gelap yang tebal. Hujan baru menyelimuti pemukiman, ladang dan jalan. Ketebalannya mencapai beberapa inchi. 

Hujan baru terbawa sejauh suara ledakan. Hujan abu Tambora sampai ke Sumatra, Ternate, Pulau Sulawesi yang berjarak 270 mil dari pusat ledakan sampai di Gresik yang berjarak 300 mil.

Assey mengatakan, sehari setelah semalaman ledakan 5 April, matahari menghilang dari pandangan. Setiap tempat tertutup kabut. Udara panas dan sinar matahari belum tampak. Dia mencatat letusan berganti menjadi getaran. 

"Dan dari getaran yang terasa menunjukkan akan ada gempa bumi. Ini berlangsung beberapa hari. Letusan masih terjadi, tapi tak sekeras dan sesering awalnya," tulis Assey. 

Selain ledakan berubah jadi getaran, abu vulkanik mulai turun dalam jumlah kecil bahkan tidak terlihat di wilayah barat. Tapi ini terus terjadi sampai 10 April. Malah catatan lain menunjukkan, udara terik dan panas serta hujan abu disebutkan terjadi tiada henti sampai 14-17 April 1813. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya