Jangan Terlalu Sering Pakai Smartphone, Bikin Otak Bodoh
- digitaltrends.com
VIVA – Kemajuan teknologi pada smartphone membuat manusia selalu tak bisa lepas dengannya. Setiap waktu mereka mengecek ponselnya secara berkala atau sekadar membuka aplikasi yang ada.
Ahli Endokrinologi, Robert Lustig mengatakan, notifikasi dari ponsel tersebut membuat otak manusia merasa stres dan ketakutan secara terus-menerus.
Dengan begitu, bagian dari otak yang biasanya berhubungan dengan fungsi kognitif, prefrontal cortex, akan mengalami kerusakan serius.
"Anda akan melakukan kebodohan. Dan semua kebodohan itu akan membawa Anda pada kesulitan," ujar Lustig, dilansir situs Business Insider, Minggu, 11 Maret 2018.
Membaca informasi dari ponsel adalah cara buruk untuk belajar. Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa seseorang yang belajar dari buku akan memiliki pemahaman komprehensif lebih dalam daripada orang yang belajar lewat layar ponsel.
Penggunaan ponsel berlebihan juga berasal dari aplikasi-aplikasi media sosial. Lustig dan para peneliti dari ilmu psikologi dan komputer menemukan bahwa semakin banyak mengetik, klik, dan posting di media sosial, semakin banyak sinyal di otak manusia.
Hal ini cukup mengagetkan karena pada penelitian lainnya semakin banyak kegiatan yang dilakukan, manusia menjadi lebih baik, cepat, dan lebih efisien untuk kegiatan tersebut.
Ketergantungan pada media sosial juga bisa dilihat dengan perasaan bangga jika orang lain 'likes' foto atau memberikan komentar pada postingan.
Namun, aktifitas media sosial ini tidak memiliki jadwal jadi terjadi secara tiba-tiba membuat otak manusia menjadi gila karenanya.
Dalam hal ini, otak akan menerima berlebihan dari aktifitas pemakaian ponsel dan aplikasi yang ada di dalamnya.
Lustig menyatakan bahwa aplikasi tersebut bermasalah jika terus mengganggu dan membuat kita selalu menginginkan lebih serta tak bisa lepas dari aplikasi itu.
"Saya bukan orang yang anti teknologi. Saya anti teknologi yang variable-reward. Karena dirancang untuk membuat Anda terus mencari. Bikin penggunanya sangat ketergantungan," ujar Lustig.