Berebut Kue Iklan TV dan Media Digital
- Pixabay
VIVA – Berdasarkan data e-Marketer, total belanja iklan media di Indonesia diperkirakan mencapai US$2,8 miliar atau Rp38 triliun pada 2017. Angka ini merupakan terbesar kedua, yang pertama adalah Hong Kong, dari total delapan negara Asia Pasifik.
Ke delapan negara ini adalah Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, selain Indonesia dan Hong Kong. Dari angka sebesar itu, televisi masih mendominasi kue iklan dengan mengambil jatah sebesar US$1,68 miliar atau sebesar Rp23,07 triliun sepanjang 2017.
Diperkirakan, untuk belanja iklan TV saja bakal menembus angka US$2 miliar atau Rp27,2 triliun pada 2020. Sementara itu belanja iklan digital nasional tahun lalu mencapai US$477,9 juta (Rp6,5 triliun), dan diprediksi meningkat menjadi US$745,8 juta (Rp10,1 triliun) pada akhir tahun ini.
Menurut Corporate Communication Manager Growinc Group Indonesia, Dyama Khazim Setyadi, masih besarnya kue iklan TV karena unggul di jangkauan yang saat ini memang paling luas.
Maka tak heran, televisi paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Tanah Air, baik di pelosok maupun perkotaan. Lalu, keberadaan TV sebagai sebuah media masih berfungsi sebagai penyampai cerita dari klien lewat iklan yang ditampilkan.
Sedangkan, media digital seperti online adalah media yang menyampaikannya lebih personal dan memperpanjang cerita dari iklan yang telah disampaikan di TV. Namun, ia melanjutkan, prospek media digital ke depan tetap tumbuh.
"Tren belanja iklan digital sejak 3-5 tahun terakhir selalu naik. Terlebih, iklan lewat media digital bisa dilakukan dengan biaya minim, dan bahkan, banyak individu maupun pelaku UKM kita mulai berani beriklan di sini," kata dia kepada VIVA, Kamis, 8 Maret 2018.
Meski demikian, Dyama memberi catatan bahwa walaupun prospek belanja iklan media digital bagus tapi perlu diimbangi dengan pemerataan infrastruktur teknologi di seluruh wilayah Indonesia.
Tak hanya infrastruktur, media digital di Indonesia juga dinilai masih mencari bentuk, di mana pada iga tahun lalu penggunaan media digital di dunia periklanan masih berkisar lima persen, dan, baru tahun lalu menembus 30-40 persen.
"Saat ini  industri periklanan kita mengalami perkembangan cukup pesat. Ditambah makin meleknya penggunaan teknologi. Dengan semakin berkembangnya teknologi, strategi komunikasi perusahaan ikut berevolusi guna memberikan tren positif, khususnya bagi ekonomi kreatif," ungkap dia.