Orgasme Cukup dengan Berpikir, Bisa Lho
- pixabay/holdosi
VIVA – Orgasme ternyata tak melulu melalui penetrasi atau rangsangan secara fisik. Penelitian baru mengungkapkan ternyata orgasme bisa tercapai hanya dengan berpikir, meski perlu olah pikir yang mendalam.Â
Mencapai orgasme dengan modal berpikir bukan barang baru. Pada 1990-an sudah ada studi yang mendalami orgasme cukup dengan berpikir. Kala itu studi peneliti Universitas Rutgers, Amerika Serikat menemukan dari 10 wanita, punya pengalaman orgasme yang sama antara melalui klimaks stimulasi organ genital mereka maupun cukup hanya berpikir. Namun studi kala itu tidak mengungkap detail kenapa orgasme bisa terjadi hanya dengan berpikir.Â
Nah, studi baru yang dilakukan tim Barry Komisaruk yang juga dari universitas yang sama, mendalami hal ini. Hasilnya cukup beragam. Dikutip dari IFLScience, Rabu 7Â Maret 2018, untuk mencapai titik klimaks tersebut, beberapa wanita harus berpikir erotis, ada wanita yang membutuhkan pasangan mereka membisikkan godaan nakal di kuping mereka, sementara sebagian wanita yang lain perlu berpikir tentang gambar seks untuk mencapai klimaks.Â
Studi tim Komisaruk itu memindai otak responden atas pikiran apa yang bisa memicu orgasme.Â
Studi itu menemukan adanya kesamaan pada aktivitas otak dengan penelitian sebelumnya. Saat orgasme terjadi bagian korteks frontal, hippocampus dan serebelum, semuanya aktif saat klimaks tersebut. Pada saat yang sama, bagian otak yang lain yaitu korteks orbitofrontal dan amigdala menjadi nonaktif, sehingga menyebabkan keadaan emosional tepat untuk terjadinya orgasme.Â
"Banyak daerah otak yang sama diaktifkan selama orgasme oleh pikiran dibanding orgasme menggunakan stimulasi fisik," jelas Komisaruk.
 Dia mengatakan, belajar mengendalikan daerah otak tertentu sungguh sukar, namun teknik yang disebut biofeedback bisa dilakukan untuk membantu orang mengendalikan bagian otak tersebut. Untuk bisa melihat aktivitas otak itu bisa melalui pemantauan dengan elektroda, namun Komisaruk menuturkan, meditasi bisa menjadi media untuk mengelola sistem biofeedback internal masing-masing. Dengan itu, orang bisa mengendalikan perasaan keadaan tingkat mental mereka.Â
Dalam teknik biofeedback, seseorang harus menyadari perasaan mereka sehingga mampu mengenali dan menciptakan perubahan signifikan dalam keadaan mental mereka.
Kekuatan meditasi
Peneliti bagian dari tim Komisaruk, Beverly Whipple menjelaskan, secara fisiologi tak ada perbedaan antara orgasme yang dipicu dengan pikiran dibanding dengan orgasme dengan stimulasi fisik.
Dalam studi lain, juga menunjukkan bagaimana dengan mengelola otak bisa membantu memunculkan orgasme. Pada sebuah studi, tim meminta sekelompok wanita menjalani aktivitas yang menyebabkan peningkatan ketegangan otot, denyut jantung dan proses lain yang dikendalikan sistem saraf simpatik. Saraf ini membantu memengaruhi aktivitas orang dan meningkatkan kemungkinan mengalami orgasme. Sistem saraf ini membantu mempersiapkan tubuh mempercepat denyut jantung dan lainnya.
Saat aktivitas itu terjadi, peneliti mengukur gairah vagina responden dengan menggunakan media yang disebut photoplethysmograph. Alat ini dipakai mengukur kondisi peredaran darah yang dipompa jantung pada organ tertentu di tubuh. Tim menemukan, saat sistem saraf simpatik aktif terjadi peningkatan aktivitas pada vagina.
Beberapa studi mengungkapkan, meditasi membantu peningkatan kapasitas pengendalian saraf saraf simpatik. Kuncinya adalah bagaimana menyesuaikan diri dengan pikiran dan alat kelamin mereka. Whipple mengakui, secara teoritis orang berpotensi belajar memunculkan orgasme hanya dengan menggunakan pikiran, tapi perlu usaha keras.
"Saya tak bisa mengatakan betapa mudahnya orgasme dengan pikiran itu dilakukan. Namun perlu dicatat, tak ada wanita dalam studinya mencapai orgasme hanya dengan memikirkan sesuatu (yang menyenangkan)" jelasnya.