Eropa Membeku, Kenapa Kutub Utara Menghangat
- Reuters/Djordje Kojadinovic
VIVA – Benua Eropa sedang dilanda cuaca dingin ekstrem. Kondisi ekstrem ini menewaskan beberapa orang. Cuaca sangat dingin itu menewaskan warga di London Inggris, di Belanda.
Sergapan udara dingin menyebar jauh ke selatan hingga Laut Tengah. Roma mengalami hujan salju pertama dalam enam tahun pada Senin lalu, dan Irlandia mengalami hujan salju paling lebat dalam beberapa dasawarsa.
Inggris, sebagaimana sejumlah negeri lain, mengalami berbagai gangguan transportasi. Sementara Skotlandia untuk pertama kalinya dalam sejarah mendapatkan tingkat peringatan salju bersandi ‘merah’, yang berarti hujan salju dan cuaca dingin bisa membahayakan nyawa.
Suhu terendah -30 celsius tercatat di sebuah puncak pegunungan di Jerman. Pada Selasa 27 Februari 2018, salju terlihat di lokasi kota kuno Pompeii, dekat Napoli di Italia selatan. Padahal biasanya di sana suhu rata-rata bulan Februari adalah 6-14 celsius.
Di Paris, suhu menukik hingga -6 celsius, dan para pengguna kendaraan umum berbagi foto stalaktit di dinding dua stasiun metro.
Saat Benua Biru 'membeku', wilayah Kutub Utara malah lebih hangat. Suhu di wilayah kutub ini yakni 6 celsius, atau sekitar 35 celsius lebih tinggi dibanding suhu biasanya.Â
Dikutip dari BBC, normalnya Kutub Utara mendapatkan udara yang beredar sehingga membuat suhu di kutub tersebut sangat dingin. Namun dinamika Polar Vortex atau kolam udara dingin yang berputar di wilayah Kutub Utara dan menjalar ke wilayah selatan, membuat perubahan suhu dan cauca.
Mengingat Polar Vortex atau pusaran kutub itu mulai melemah, maka udara yang beredar di atas wilayah Arktik itu terpecah menjadi dua. Satu pusaran di atas dan satunya lagi turun ke bawah.Â
Turunnya pusaran kutub ini menyebabkan pusaran aliran udara dingin kutub ini meluas dan itulah sebabnya suhu ekstrem melanda Eropa utara. Di sisi lain, dinamika ini membuat udara hangat bergerak ke Arktik.