Telegram Jadi Favorit Hacker Menambang Uang Digital
- Telegram
VIVA – Peretas atau hacker mampu mengeksploitasi kerentanan pada aplikasi desktop Telegram untuk menambang mata uang kripto atau digital (cryptocurrency) seperti Monero dan ZCash. Hal ini sudah dilakukan secara aktif sejak Maret 2017.
Malware Analyst and Targeted Attacks Research Kaspersky Lab, Alexey Firsh mengatakan, pihaknya menemukan serangan ‘in the wild' yang dilakukan oleh malware baru dengan menggunakan kerentanan zero-day di Telegram.
"Pengguna diminta agar mengunduh (download) perangkat lunak di komputernya (desktop), yang sebenarnya mereka ditipu karena software ini berbahaya. Setelah selesai download, hacker bisa bebas menambang kripto karena mengendalikan desktop secara otomatis dari jauh," kata Firsh, dalam keterangannya, Rabu, 14 Februari 2018.
Tak hanya itu, ia juga menemukan arsip berisi tembolok (cache) data Telegram yang telah dicuri dari pengguna. Telegram diciptakan oleh Pavel Durov pada 2013.
Aplikasi ini diklaim sebagai alat komunikasi yang sangat aman, di mana lalu lintas percakapan dienkripsi dan sulit diretas.
Selain itu, Telegram berencana untuk ikut terjun ke dunia cryptocurrency dengan melakukan penawaran koin perdana (ICO/initial coin offering) untuk uang digital yang dinamakan Grams.
Lewat penawaran koin perdana ini, Telegram memperkirakan dapat mengumpulkan Rp15,9 triliun (US$1,2 miliar). Telegram memperkirakan koin miliknya akan masuk bursa pada 2019.
Pelepasan koin perdana ini rencananya dilakukan secara tertutup pada bulan ini dan dijual untuk umum pada Maret 2018.
BACA JUGA: 2018, siap-siap hadapi ransomware ganas
Dari masing-masing penawaran tersebut Telegram berharap bisa mendapat sekitar Rp7,9 triliun (US$600). Durov mengaku koin digital mereka akan menyelesaikan masalah yang tak bisa dipecahkan oleh Bitcoin dan Etherum.
"Popularitas Telegram justru menjadi sasaran empuk para penjahat siber. Kami telah menemukan beberapa skenario eksploitasi zero-day ini. Selain malware dan spyware - yang umumnya dipakai untuk menambang - serangan siber semacam juga ini telah menjadi tren global yang telah kita lihat sepanjang tahun lalu," ungkap Firsh.