Dua Pekerjaan Ini Diremehkan, Tapi Dibutuhkan di Hollywood
- VIVA.co.id/Novina Putri Bestari
VIVA – Eric Hanson merupakan desainer efek visual (visual effect designer) film Hollywood, Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri dalam penciptaan lingkungan digital untuk virtual reality dan film dokumenter (feature).
Menurut dia pekerjaannya ini sangat menyenangkan, namun membutuhkan perjuangan ekstra. Sejumlah film Hollywood yang dipegang Hanson antara lain Cast Away, Spiderman, dan The Day After Tommorow.
Ia mengatakan jenis pekerjaan yang dilakoninya mulai dari membangun set hingga menambahkan gambar serta efek di atasnya, sehingga menghasilkan gambar pada layar film senyata mungkin.
"Kalau penonton tahu kalau gambar di film tersebut menggunakan efek visual, pekerjaan kami gagal," kata dia saat ditemui VIVA, di Jakarta, Selasa, 6 Februari 2018.
Hanson melanjutkan desainer efek visual membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan sampai berbulan-bulan. Akan tetapi, karya mereka 'terbayarkan' oleh kehadiran media film berdurasi kurang lebih dua jam.
Selain itu, ia menuturkan, penguasaan teknik pada komputer juga menjadi hal utama yang harus dikuasainya. Tak heran jika Hanson menyebut pekerjaannya ini sangat sulit.
"Banyak sekali kesulitannya. Visual effect itu butuh banyak sekali teknik dan juga jago dalam pengerjaan program di komputer. Banyak juga yang harus dipelajari sebelum memulai (menjadi visual effect designer) pekerjaan ini," jelasnya.
Susahnya masuk Hollywood
Tak hanya itu, Hanson menambahkan kalau mau masuk ke industri perfilman Hollywood sebagai seorang visual effect designer membutuhkan kesiapan diri yang matang untuk mau belajar terus-menerus.
Ia lalu mencontohkan para desainer efek visual yang sudah membuat banyak film saja masih tetap berusaha untuk belajar lagi.Â
Pria yang juga menjabat associate professor di USC School of Sinematic, AS, ini, mengatakan kalau dirinya sedang mengerjakan program bernama SAE, untuk pengerjaan teknis pada desain efek visual yang dikerjakan.
Ternyata, tidak hanya sebagai desainer efek visual, tapi Hanson juga bekerja sebagai animator. Mayoritas karyanya membuat landskap beberapa tempat di dunia.
"Saya bulan ini (Februari) berencana akan ke (Candi) Borobudur untuk proyek animasi. Secara pribadi saya suka melakukannya untuk melihat perbedaan budaya di seluruh dunia. Ada sesuatu yang magis. Ini yang saya terpesona," ungkap Hanson.
Ia tidak menampik kalau dua pekerjaannya itu masih dipandang sebelah mata. Meski begitu, baik sebagai animator maupun visual effect designer, intinya dua pekerjaan ini mampu memberi pesan atau cerita yang ingin disampaikan pada publik.
"Anda bisa menyampaikan cerita Anda jika tertarik dengan pembuatan film," tutur Hanson.