WHO Sebut Game Online Bisa Bikin Orang Jadi Gila
- gameguru
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memasukkan game online dalam daftar 11th Revision of the International Classification of Diseases (ICD-11/Klasifikasi Penyakit Internasional ke-11) karena bisa menyebabkan gangguan kejiwaan.
Mengutip situs The Guardian, Senin, 5 Februari 2018, istilah 'gaming disorder' atau gangguan bermain video game tidak terbatas pada seberapa waktu yang digunakan untuk bermain video game.
Orang yang terkena gaming disorder berdampak negatif pada area lain dari kehidupan seseorang seperti pendidikan, pekerjaan dan hubungan mereka. "Di beberapa negara, masalah tersebut telah menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan," kata Juru Bicara WHO, Tarik Jaarevi.
Dimasukkannya gaming disorder ke dalam daftar WHO membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Mendiagnosanya memerlukan waktu 12 bulan untuk memutuskan apakah seseorang terserang gaming disorder atau tidak.
Namun, hal itu belum termasuk cara pencegahan maupun pengobatan agar seseorang kembali 'normal.' Tarik mengatakan ada tiga kriteria bahwa seseorang terkena gaming disorder.
"Perilaku bermain video game yang berulang, sehingga berdampak pada gangguan kontrol, memprioritaskan diri untuk bermain video game, serta menaikkan kebiasaan bermain video game meski sudah tahu dirinya sudah 'terjerumus'," ungkapnya.
Penelitian WHO ini didukung oleh Director of the International Gaming Research Unit WHO, Mark Griffiths. Ia menegaskan dengan mengeneralisir bahwa semua game atau permainan itu bermasalah.
"Apakah Anda menyebutnya gaming disorder atau kecanduan game, tetap saja game telah benar-benar mengambilalih kehidupan Anda. Bahkan, dalam beberapa kasus ada yang sampai meninggal dunia hanya karena main game, meskipun insiden semacam ini sangat jarang terjadi," tegas Mark, yang juga psikolog.
Pada kesempatan terpisah, badan industri game, US Entertainment Software Association (ESA) bersama UK Interactive Entertainment (Ukie), sepakat meragukan penelitian serta klasifikasi yang dilakukan WHO.
"Kami sangat prihatin dengan penelitian yang tidak meyakinkan dan bukti yang digunakan WHO untuk mendasari klasifikasi potensial ini," kata CEO Ukie, Jo Twist.
Pada 2015 pernah dilakukan survei pada remaja di Jerman di mana mereka yang masuk dalam kriteria Internet Gaming Disorder ternyata lebih sering bolos sekolah, memiliki nilai di bawah rata-rata, dan punya masalah dalam jam tidur (insomia) dibandingkan dengan remaja yang tidak masuk dalam kriteria Internet Gaming Disorder.