Matahari Terbit dari Barat karena 'Gelisah', Rotasi Terbalik

Ilmuwan yakin kehidupan datang ke bumi dari fragmen planet lain
Sumber :
  • Daily Mail

VIVA – Sejumlah ilmuwan memprediksi jika kutub Bumi tak lama lagi akan berbalik arah, sehingga membuat rotasi Bumi juga ikut berbalik yang membuat Matahari tidak akan terbit dari ufuk timur lagi, melainkan barat.

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Mengutip situs Dailymail, Jumat, 2 Februari 2018, Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado, Amerika Serikat, Daniel Baker, dalam laporan terbarunya, mengaku bahwa tanda-tanda pembalikan magnet Bumi mulai nampak.

"Andaikata pembalikan terjadi, kemungkinan akan membuat beberapa area di Bumi punya label 'tidak dapat dihuni.' Pembalikan ini juga mematikan jaringan listrik dan mengubah suhu Bumi," ungkap Baker.

Lagi Viral SPF Lip Gloss, Emang Bibir Perlu Perlindungan dari Sinar UV?

Laporan dari satelit milik Badan Antariksa Eropa, Swarm Trio yang memantau medan magnet bumi, menunjukkan adanya kemungkinan kemiringan dari inti Bumi, tempat di mana medan magnet dihasilkan.

Penyebab jaringan listrik mati akibat badai Matahari yang parah. Seiring medan magnet Bumi yang terus melemah, ia menyoroti pentingnya sistem energi off-grid, yakni sistem pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama untuk melindungi Bumi.

Kulit Anak Sensitif Jika Terkena Sinar Matahari, Usia Berapa Si Kecil Boleh Pakai Sunscreen?

"Badai ini menciptakan radiasi sangat tinggi dapat berefek buruk bagi satelit dan para astronaut yang bertugas di luar angkasa," kata Ilmuwan Magnetosfer NASA, Mona Kessel.

Henrik Svensmark, seorang ilmuwan cuaca dari Danish National Space Centre, percaya kalau Bumi mengalami periode alami dari awan rendah karena sinar kosmik yang masuk ke atmosfer lebih sedikit.

Alhasil, menurut dia, dampaknya bisa menghancurkan kehidupan umat manusia, karena mengubah iklim Bumi secara radikal dan menaikkan status penyakit berat seperti kanker.

Bumi memiliki inti cair yang sangat panas, dan menghasilkan medan magnet yang mampu melindungi bumi dari radiasi matahari. 

Pelindung ini sifatnya tak kasat mata, dan memiliki meluas ribuan kilometer ke luar angkasa. Daya tariknya mempengaruhi segalanya hal, mulai dari komunikasi global hingga jaringan listrik.

Medan magnet ini begitu penting bagi kehidupan di Bumi. Namun kini mulai melemah hingga 15 persen selama 200 tahun terakhir.

Alanna Mitchell, dalam buku terbitan terbarunya yang berjudul 'The Spinning Magnet: The Electromagnetic Force that Created the Modern World and Could Destroy It,' menyebut, secara historis, kutub magnet Bumi Utara dan Selatan telah membalik setiap 200 ribu atau 300 ribu tahun.

Namun, pembalikan saat ini terlambat, karena yang terakhir sekitar 780 ribu tahun yang lalu. Jika medan magnet terus menurun, Bumi bisa berakhir seperti Planet Mars.

"Dunia yang dulunya subur, berubah menjadi planet kering yang tandus sehingga tidak mampu lagi mendukung kehidupan," tutur Mitchell.

Kendati demkikian, masih belum bisa dipastikan waktu Bumi akan berbalik arah rotasi. Para ilmuwan bahkan mengaku heran mengapa hal ini terjadi, dan fenomena ini digambarkan sebagai 'aktivitas gelisah.'

Ilustrasi Skincare

Tips Efektif Merawat Kulit di Tengah Kelembapan Tinggi Indonesia

Iklim tropis membuat kulit lebih rentan terhadap produksi minyak berlebih. Selain itu, paparan sinar matahari yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan kulit.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024