Ilmuwan Bingung, Memori Manusia Berasal dari Virus Kuno
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Selama beberapa dekade, ahli saraf masih bingung dan tak memahami bagaimana sistem memori manusia bekerja.
Namun kini, gabungan tim peneliti Universitas Utah Amerika Serikat, Universitas Copenhagen Denmark, dan Laboratorium Molekular Biologi MRC di Inggris, menemukan sesuatu yang aneh pada protein bernama Arc. Protein tersebut yang membuat memori jangka panjang.
"Gen saraf Arc sangat penting untuk penyimpanan informasi jangka panjang pada otak mamalia, sebagai perantara dari berbagai sel sypnatic plasticity, dan juga telah berdampak pada pengembangan gangguan saraf," kata peneliti dikutip dari laman Big Think, Senin 22 Januari 2018.
Meski protein itu punya kunci penting dalam kerja memori, peneliti mengakui, masih sedikit informasi yang didapat dari fungsi molekuler Arc dan asal-usul evolusinya.
Cara bekerja Arc ternyata mirip bagaimana virus menginfeksi seseorang. Dengan menggunakan mikroskop-elektro, para peneliti sadar bahwa Arc bekerja sama seperti HIV retrovirus beraksi.
Protein ini bekerja untuk membuka 'jendela' tempat memori bisa dipadatkan. Tanpa Arc, jendela tersebut tidak bisa dibuka.
Mereka menemukan Arc bekerja mirip dengan virus kapsid. Kapsid adalah kulit luar keras berongga di dalamnya dan membawa informasi genetik virus.
Nah, virus menggunakan kapsid ini untuk menyebarkan materi genetiknya dari satu sel ke sel lainnya, menyebabkan infeksi. Arc meniru dengan membawa informasi genetik pada satu saraf ke saraf lainnya.
"Dari penelitian ini kami menyadari Arc punya banyak cara khusus, tapi kami menemukan Arc menengahi perpindahan RNA pada sel-sel, kami menjadi bingung. Tidak ada protein yang kami ketahui bekerja dengan cara ini," tutur pemimpin studi tersebut, Elissa Pastuzyn.
Peneliti meyakini sekitar 350-400 juta tahun lalu, nenek moyang retrovirus, retrotransposon menginjeksi materi genetiknya pada pada makhluk berkaki empat. Hal ini membangun protein Arc yang dapat beroperasi pada neurokimia manusia. Pada penelitian di Universitas Massachusetts Amerika Serikat, proses yang sama juga pernah dicoba pada kentang pada 150 juta tahun lalu.
Penelitian ini mengubah cara pandang mengenai proses evolusi. Proses ini bukan lagi berasal dari mutasi acak, namun berasal dari organisme yang dipinjam dari satu kepada lainnya untuk dikembangkan. (art)