China Wujudkan Janji Besar Dunia, Larang Jual Gading Gajah
- REUTERS / Chaiwat Subprasom
VIVA – China menutup akhir tahun 2017 dengan kabar menggembirakan. Pada 31 Desember 2017, pemerintahan China mengumumkan tidak akan membeli dan menjual gading gajah lagi.
Negeri Tirai Bambu itu adalah negara terbesar dengan kasus jual beli gading gajah di dunia. Padahal, larangan perdagangan gading secara internasional sudah diberlakukan pada 1990.
"China telah mengikuti sebuah janji besar yang dibuat untuk dunia, menawarkan harapan untuk masa depan gajah," ujar Wakil Presiden Senior WWF, Ginette Hemley, dikutip IFLScience, Senin 8 Januari 2018.
Sebelum keluarnya aturan pemerintah China tersebut, penjualan gajah di sana sangat merajalela. Kantor berita Xinhua melaporkan, ada 34 bengkel pengolahan gading dan 143 tempat perdagangan gading di China.
Sementara itu, pengrajin dan pemburu gading yang sudah terlanjur dipekerjakan, dibantu oleh pemerintah China. Kementerian Kebudayaan China memindahkan para pengrajin dan pemburu ke museum. Mereka diberdayakan sebagai pemandu, atau mengajar tentang sejarah kerajinan atau mempekerjakan restorasi.
"Larangan ini saja tidak akan mengakhiri perburuan gajah. Sama pentingnya jika tetangga China mengikuti dan menutup pasar gading di Asia. Baru setelah itu kami dapat memastikan bahwa perdagangan gading aman dari pemburu," ujar Hemley.
Selain China, Afrika pun tak luput dari perburuan tersebut. Menurut WWF, nyawa gajah Afrika yang terancam, sebanyak 30 ribu ekor dibantai tiap tahun.
Selama 100 tahun terakhir, jumlah gajah Afrika di alam liar telah turun dari 3 sampai 5 juta menjadi 415 ribu.
"Nasib gajah Afrika bergantung pada penolakan global atas perdagangan gading, dan pemerintah memegang kunci untuk menyetir ini," tegasnya.