Bumi Makin Terang, tapi Bisa Bikin Kacau Dunia

Peta terang Bumi pada malam hari
Sumber :
  • www.pixabay.com/WikiImages

VIVA – Dunia kini makin terang. Observasi satelit yang dilakukan peneliti selama Oktober lima tahun berturut-turut menunjukkan saat malam hari, wilayah Bumi yang terang kian meluas. Terangnya dunia pada malam hari ini menunjukkan dunia makin diterangi dengan lampu. 

Pengamatan satelit menunjukkan pertumbuhan terang dunia pada malam hari meningkat 2 persen dalam setahun dari periode 2012 hingga 2016. 

Terangnya dunia itu memang menunjukkan tren positif, paling tidak listrik kini makin meluas di berbagai belahan dunia. Area pedalaman kini telah terjangkau listrik dan bisa bercahaya pada malam hari. Dengan demikian, berarti penggunaan listrik kini makin meningkat.

Namun, dikutip The Guardian, Kamis, 23 November 2017, terangnya dunia itu menyimpan sisi negatif, yakni meningkatnya polusi cahaya dan mengacaukan ekosistem dunia.

"Sejujurnya, saya sudah berpikir dan berasumsi dengan adanya lampu LED, kita mengatasi kesulitan besar. Ada banyak kesadaran soal polusi udara, tapi ini sangat mengecewakan," kata penulis utama studi, Christopher Kyba.

Peneliti studi pengamatan ini mengatakan, meluasnya cahaya lampu di Bumi berdampak signifikan pada kehidupan biologis. 

Studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances menunjukkan, lonjakan cahaya tersebut membuat tidur manusia terganggu dan akhirnya memengaruhi kesehatan orang. 

Meluasnya cahaya lampu di Bumi juga mengganggu migrasi dan reproduksi burung, ikan, amfibi, serangga dan kelelawar. 

Ilmuwan Kuak Asal Muasal Sinyal 'Wow' yang Dikirim Alien

Bagi tanaman, polusi cahaya lampu yang meluas itu akan membuat periode pertumbuhan menjadi tak normal. Sisi negatif lainnya, manusia menjadi susah melihat penampakan bintang dan Bima Sakti, akibat polusi cahaya. 

"Banyak orang menggunakan cahaya pada malam hari tanpa benar-benar memikirkan dampaknya. Bukan hanya dampak pada biaya ekonomi tapi juga harga yang harus dibayar dalam perspektif lingkungan dan ekologis," jelas penulis studi lainnya, Franz Holker dari Institut ekologi air tawar dan perikanan darat Leibniz, Jerman. 

Roffa Berhasil Menembus Angkasa Hanya dengan Balon Helium

Peneliti studi tersebut menyarankan warga agar menghindari penggunaan lampu yang mencolok, yakni lampu berwarna kuning dan LED putih. Selain itu, pengguna disarankan efisien menggunakan lampu misalnya untuk lokasi parkir dan jalan kota. 

Peneliti juga merekomendasikan warga untuk menggunakan lampu jarak dekat, lampu redup yang dipandang lebih memberikan visibilitas lebih baik dari lampu terang yang menyebar di mana-mana. (ase)

Misteri 'Megastruktur Alien', Bintang Teraneh di Jagat
Polusi cahaya.

Langit di Singapura Tak Terlihat Gelap Meski Sudah Malam

Hal ini karena dampak dari polusi cahaya yang berakibat negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

img_title
VIVA.co.id
16 Januari 2021