BPPT: Kebutuhan Listrik Nasional, Nuklir Satu-satunya Jalan
- Twitter/@BPPT_HUMAS
VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia. Karena, yang bisa menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara adalah energi nuklir.
"Pembangkit nuklir itu skalanya besar. Memang, yang bisa mengganti peranan pembangkit listrik batu bara, ya nuklir. Kalau yang lain seperti panas bumi itu skala kecil, " kata Kepala BPPT Unggul Priyanto kepada VIVA, Selasa 21 November 2017.
Ia mengatakan, kalau memakai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi hanya mampu menghasilkan 30-50 Megawatt (MW), sedangkan PLTN itu skalanya di atas 1.000 MW atau berskala besar.
"Itu sekarang yang terjadi pada pembangkit batu bara. Mau sampai kapan menggunakan itu (batu bara)? Kita tahu ini bukan renewable energy atau tidak bisa diperbaharui, " ungkapnya.
Selanjutnya, mantan deputi bidang teknologi informasi, energi dan material BPPT ini menegaskan, batu bara menghasilkan polusi yang cukup tinggi seperti karbonmonoksida dan sulfur. Dengan demikian, Unggul kembali mengatakan nuklir satu-satunya jalan.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, cepat atau lambat, kita pasti akan membangun dan memanfaatkannya (PLTN). Kita mau bergeraknya kapan. Jangan sampai tertinggal lebih jauh dari negara lain. Harusnya sekarang waktu yang tepat (membangun PLTN)," jelas Unggul.
Dia mengatakan sekarang adalah waktu yang tepat membangun PLTN karena baru bisa terealisasi pada 10-20 tahun ke depan. Adapun untuk panas bumi, Unggul menyatakan, maksimalnya bisa menghasilkan 26 Gigawatt (GW), itu pun baru potensi.
"Yang proven sekarang hanya sekitar 8.000 MW. Nah, kalau bicara 35 ribu MW, ya batu bara yang bisa. Ke depan, yang harus diantisipasi, kebutuhan atau konsumsi listrik untuk rumah tangga dan industri pasti meningkat. Sekarang, misalnya, 35 ribu MW selesai dibangun, ke depannya pasti akan bangun lagi. Di sinilah nuklir sangat berperan," kata Unggul.