Fasilitas Nuklir Merah Putih Bukti RI Mandiri Teknologi

Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan, Djarot S. Wisnubroto mengungkapkan, pembangunan fasilitas Iradiator Gamma Merah Putih atau IGMP di Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan menghabiskan biaya Rp110 miliar. Fasilitas iradiator tersebut telah diresmikan Wakil Presiden, Jusuf Kalla dan kini IGMP sudah bisa dipakai.

RI Bakal Punya PLTN Kapasitas 250 MW di Tahun 2032

Fungsi iradiator sebagai fasilitas pengawetan bahan makanan, obat, kosmetik, dan sterilisasi alat kesehatan. Dengan menggunakan iradiator, bakteri pembusuk pada bahan makanan akan mati, sehingga memperpanjang masa penyimpanan.

"IGMP juga merupakan bagian dari sosialisasi nuklir," ujar Djarot usai peluncuran IGMP dan Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka, di Serpong, Rabu 15 November 2017.

Inggris Berencana Bangun 7 Pembangkit Tenaga Nuklir Baru pada 2050

Djarot menuturkan, dengan menelan biaya Rp110 miliar, fasilitas IGMP tergolong lebih efisien dibanding fasilitas yang sama di luar negeri. Djarot mencontohkan, dibanding Singapura misalnya, Indonesia dua kali jauh lebih murah.

"IGMP, Rp600 ribu per meter kubik, Malaysia itu Rp2 jutaan," kata Djarot.

Menteri ESDM Sebut RI Mulai Pertimbangkan Penggunaan Energi Nuklir

Dia juga meyakini fungsi iradiator gamma tersebut bisa dikelola untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. IGMP yang dibangun dengan kapasitas 2 mega curie (Mci), dirancang mampu melakukan radiasi 123 meter kubik per hari.

Djarot menyampaikan, keuntungan dari pemanfaatan IGMP yaitu proses lebih efektif, dapat membunuh bakteri pembusuk, tidak ada residu kimia beracun, tidak merusak kandungan gizi pada bahan pangan, dan bisa untuk produk kemasan.

Selain itu, dapat digunakan untuk sterilisasi, aman dikonsumsi, karena pemberian dosis radiasi telah sesuai dengan Permenkes Nomor 701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pangan Radiasi.

Pada kesempatan yang sama, Batan juga meresmikan laboratorium radioisotop dan radiofarmaka di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) Batan.

"Kalau PTRR pembangunannya menghabiskan dana Rp70 miliaran," kata Djarot.

Laboratorium PTRR difungsikan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka yang sangat berguna bagi dunia kesehatan.

Saat ini, produksi radioisotop dan radiofarmaka Batan telah banyak diedarkan oleh PT Kimia Farma Tbk untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Radioisotop dan radiofarmaka berfungsi mendiagnosis dan mengobati berbagai penyakit, di antaranya penyakit kanker dan gondok yang sering diderita oleh masyarakat.

"Dengan diresmikannya dua fasilitas ini, menunjukkan bahwa Indonesia mampu menguasai pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi nuklir secara mandiri. Selain itu, kedua fasilitas ini sebagai sarana mengenalkan Batan dengan teknologi nuklirnya yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat," ujar Djarot. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya